Gallery

Soe Hok Gie : Sebuah Inspirasi

Soe Hok Gie

[Sebuah resensi dan catatan catatan penting dari hasil baca buku Soe Hok Gie : Zaman Peralihan]

Soe Hok Gie, seorang aktifis Universitas Indonesia. Dia pernah menjabat di sebagai ketua Senat Mahasiswa FSUI dan dua kali merasa patah hati. Kadang dia agak getir bicara soal wanita.

Walaupun secara jujur kita harus akui bahwa kadang kadang kita tertarik pada rekan kita. Dan biasanya kita menekan perasaan ini… the tragic life? Apa boleh buat, yang namanya mencari pasangan ideal tak semudah membeli baju. Sudah pasti, langka.  Soe Hok Gie selalu saja berurusan dengan wanita yang selalu maju-mundur. Yang bimbang tak mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Memang soal cinta bukan matematika. Hati dan otak tak selalu selaras sejalan.

Sampai sampai diapun pernah menulis Barangkali saya harus belajar jatuh cinta dengan kesepian. 

Seorang pemuda yang berpikir kritis. Dia anti-komunis, tapi dia juga tidak menyetujui pembantaian kejam G30S PKI yang mencecerkan banyak darah dan mengatung ngatungkan 80.000 nyawa manusia di penjara tanpa peradilah. Kegelisahannya tentang kemanusiaan, politik, dan keindonesiaan terbaca jelas. Dikenal sebagai seorang yang vokal. Semasa menjadi mahasiswa bisa disalurkan melalui tulisan, demonstrasi dan aksi. Selepas itu, dia masih aktif mengirimkan tulisan ke media. Pikirannya yang idealis terkadang membuat dirinya dirundung kesepian. Menyaksikan kawan seperjuangan lebih memilih untuk duduk di gedung DPR, masuk pemerintahan dan beberapa dipelintir kepentingan partai dan ormas ormas yang mengkaosinya. Mereka mengorbankan ideologis seorang mahasiswa yang seharusnya tidak memihak kepada siapa siapa, kecuali keadilan (moral force). Soe Hok Gie, akhirnya dia lebih memilih terasingkan, kesepian, daripada hidup dalam kemunafikan. Setelah lulus, lalu dia menjadi dosen di FSUI yang juga terkadang membuatnya bosan. Jenuh.

Bagi saya kebenaran biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan.

Dan, tidak selayaknya kita menilai orang hanya berdasarkan stigma yang sempit. Hidup bukan hanya hitam dan putih. Kebanyakan kita tidak tahu alasan apa yang melatarbekangi suatu tindakan. Mungkin saja, ada suatu hal yang prinsipil.

Politik menjadi baju dinas bagi seorang warga negara. Didalam buku ini ada kutipan Edward Shils yang mengatakan bahwa Dinegara negara sedang berkembang, politik merupakan gelanggang yang tidak mungkin dihindarkan kaum intelektual, betapapun ia berusaha “menjaga jarak”. 

Ya, benar juga. Beberapa waktu lalu saya juga pernah membaca bukunya DR.Dr.Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) yang berjudul Saatnya Dunia Berubah. Betapa menurut saya gelanggang politik mengerikan sekali, nasih hidup beribu ribu manusia bisa dimainkan.

Soe Hok Gie juga menuliskan tentang The crime of silence. Dimana sikap diam dan membiarkan kejahatan berlangsung adalah kejatahan.

Sebagai seorang biolog, saya seringkali menemukan banyak istilah yang tidak kuketahui dalam buku ini. Butuh googling untuk bisa mengerti secara pasti. Tapi buku ini tetap menjadi “makan malam” yang cukup nikmat untuk mengembangkan pikiran anak muda. Wajib baca.

Soe Hok Gie juga pemuda yang suka melakukan kegiatan menantang, dia menjadi salah satu pelopor pembentukan Mapala UI. Pada tahun 1967 dia mulai mencoba mendaki gunung tertinggi di Jawa Tengah, Gunung Slamet. Baginya, gunung bukan sekedar pelepas stress. Tapi gunung adalah tempat untuk menguji kepribadian dan keteguhan hati seseorang. Apakah seseorang itu selfish atau orang yang memikirkan orang lain.

Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal akan objeknya. Dan cinta tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung. Melihat alam dan rakyat dari dekat secara wajar dan disamping itu untuk menimbulkan daya tahan fisik yang tinggi.

Senada dengan perkataan Boden Powell Suatu negara tidak akan kehabisan pemimpin jika didalamnya masih terdapat anak muda yang penuh keberanian mendaki gunung dan menjelajah lautan.

Soe Hok Gie, adalah putra keempat dari keluarga penulis produktif. Masa kecilnya diselipi kenakalan. Dia sudah memperlihatkan ketidaksenangannya pada ketidakadilan.

Guru bukan dewa dan selalu benar. Dan muris bukan kerbau. Tulisnya  dalam buku harian, setelah berdebat dengan gurunya.

Seseorang manusia sulit sekali lepas dari masalalunya. Apa yang dialaminya, yang dilihatnya dan yang dihayatinya akan selalu berbekas pada dirinya. Bekas bekas ini akan selalu mewarnai seluruh hidupnya.

Selama pasca lulus, dia seringkali merindukan masa mudanya sebagai mahasiswa yang aktif, “cerewet”, kritis.

Masa muda dalam usia dimana manusia mencari pola pola kepribadiaanya, akan selalu mewarnai kehidupan manusia. Waktu yang paling krusial pagi pembentukan kepribadiaan seseorang adalah apa yang dilakukan pada masa mudanya. Kepribadian yang sering dibentuk dari masa lalunya yang panjang. 

Bagi banyak orang, Hok Gie menjadi seorang yang idealis, jujur, dan sekaligus mengerikan. Dia mengidentikan gerakannya sebagai sebuah gerakan moral.

Pertanyaan tentang realitas seorang idealis dia pertanyakan pada rektor UI yang waktu itu menyetujui untuk dipinang oleh Soeharto sebagai menteri.

Realitas realitas baru yang dihadapi para idealis adalah tetap bertahan dengan cita cita idealismenya, menjadi manusia yang non-kompromis. Seperti layaknya Don Kisot melawan kincir angin. Atau menjadi dia yang menjadi kompromis dengan situasi baru. Seperti pilot yang tidak pernah terbang.

Tuhan membenci mereka yang berkorban setengah setengah, karena itu engkau harus memberikan jiwa ragamu seluruhnya (Douwes Dekker)

Tahun 1968, Dia menerima undangan untuk melakukan diskusi, ceramah, kunjungan di Amerika Serikat. Turis terpelajar selama 75 hari, dia berdiskusi tentang banyak hal. Dan satu hal yang dia sadari, Presiden Soekarno telah berjasa membentuk identitas sebagai suatu negara secara Internasional. Sekorup apapun kabinetnya, beliau juga telah memberikan jasa besar pada Indonesia.

Orang Indonesia sekarang amat mudah merasionalisasikan keadaan, kepengecutan dirasionalisasikan sebagai kepatuhan, kemalasan dirasionalisasikan sebagai kesulitan ekonomi. 

Soe Hok Gie adalah manusia biasa yang kadang juga merasa lelah, stagnan, dan kadang bingung.

Lebih baik bertindak keliru daripada tidak bertindak karena takut salah. Kalau salahpun jujur terhadap diri saya, saya yakin akhirnya saya akan menemukan arah yang tepat. Saya adalah seorang manusia dan bukan alat siapapun. Kebenaran tidaklah datang dalam bentuk instruksi dari siapapun juga, tetapi harus dihayati secara “kreatif”. A man is as he thinks. 

Soal pemberkasan?
Hingga sekarang, Indonesia masih mensyaratkan surat tidak pernah dipenjara dan tidak pernah melakukan hal kriminal dan sejenisnya. Bagi Soe, dulu, ketika dia mengurus pasport. Surat tidak terlibat G 30 S PKI adalah syarat mutlak bagi siapa saja. Jika tidak punya, maka dia tidak akan bisa sekolah, pindah rumah, dan bepergian. Dia melakukan protes tentang hal ini yang diterbitkan di media.

Memang mereka pernah dipenjara dan berbuat salah. Tetapi jika masyarakat tidak mau menerima mereka kembali, mereka tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk menjadi manusia yang baik kembali. 

Aneka tuduhan tuduhan seringkali berselancar padanya. Padahal dia hanya ingin menjunjung kemanusiaan. Perjuangan melawan prasangka memerlukan waktu yang lama.

Pegawai pegawai instansi itu adalah orang orang yang simpatik, tetapi birokrasi di Indonesia dapat membuat orang menjadi gila.

Akhirnya, pada Desember 1969 Soe Hok Gie, pergi ke Gunung Semeru bersama kawan kawannya. Dia berkeinginan untuk bisa merayakan ulangtahunnya yang ke 27 diatas puncak tertinggi pulau Jawa. Hanya dipuncak gunung aku merasa bersih.

Puisi filsuf Yunani yang menjadi favoritnya adalah Nasib terbaik adalah tidak ditakdirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa rasanya memang begitu. Berbahagialah mereka yang mati muda.

Sepertinya cita cita Soe Hok Gie untuk meninggal dialam bebas terwujud. Dia meninggal karena terkena gas beracun di Puncak Semeru. Dalam sebuah tulisannya Kehidupan sekarang benar benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua dikurung dikebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan yang kasar dan keras untuk seminggu kira kira. Diusap oleh angin dingin yang seperti pisau atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil. Dekat dan menyatu dengan alam. Dan juga Orang orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur. 

Maka, berbahagialah Soe Hok Gie yang telah mati muda. Memberikan inspirasi pada pemuda Indonesia.

Setiap pelangi yang terkadang Tuhan berikan corak pada hidup kita. Mungkin sekarang aku harus berfikir dengan cermat. Memperbaiki dasar, mengamati niat, dan menjadi lebih peduli tentang banyak hal. Semua ditujukan Tuhan tidak ada yang sia sia. Semoga Tuhan menempatkan hati kita pada arah yang baik.

Gallery

Manajemen kehidupan

api-unggun

Halo november,
Halo musim hujan,

Lama tidak menulis disini. Satu persatu ide ideku berkeliaran tak tentu arah di kepala bersama rasa malas. Sebagian ide terbuang sia sia diantara kegiatan yang menjemukan. Ya, kemalasan yang memenjarakan saya dalam satu hal : Tidak ingin melakukan apa apa. Entah karena banyaknya hal yang ingin aku lakukan atau hanya karena aku merasa bosan dengan banyak hal. Tapi hipotesisku ada pada karena aku tidak mampu membuat prioritas yang baik. Kemampuan manajemen yang buruk. Manajemen hati. Manajemen waktu. Manajemen semangat. Manajemen energi. Manajemen berfikir.

Saya baru merasakan pentingnya ilmu manajemen. Manajemen yang dalam kontek kata benda berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Menurut KBBI). Kita perlu untuk belajar ini dalam banyak aspek. Dalam menjalani hidup, dalam melakukan tanggung jawab, dalam mewujudkan mimpi. Ilmu saya tentang manajemen sangat cetek. Banyak hal saya pikirkan saya coba tuliskan. Seperti :

1. Manajemen Waktu
Saya pikir tidak hanya para pengusaha saja yang harus berpegang pada Time is money. Kita semua bisa menempatkan prinsip ini dalam banyak hal. Money disini bukan melulu tentang uang, tapi saya memaknai dengan sesuatu yang bernilai. Ya “Time is money” setiap waktu yang kita punya harus bernilai. Bermanfaat. Mempunyai arti. Tidur secara cukup juga menurut saya menjadi sangat bernilai ketika itu membantu badan kita segar. Hal hal yang berlebihanlah yang kadang membuat waktu kita tidak berarti, seperti ngomongin orang, dan berjam jam memandangi timeline facebook yang ketika kita lihat selama dua jam tidak banyak yang berubah. Kecuali memang ada informasi penting yang sedang kita gali disana. Mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat, bermakna, dan bernilai membuat hidup kita lebih berkualitas.

2. Manajemen energi
Pengaturan bagaimana energi yang kita punya tidak terbuang sia sia pada hal hal yang kurang bermanfaat. Berusaha untuk menggunakan energi pada hal hal positif. Berfikir positif dan kreatif. Menyalurkan energi pada hal hal negatif seperti merasa dengki, iri, cemburu, sombong, tidak mau kalah adalah hal yang mubazir. Semakin menyalurkan energi ke hal negatif, semakin banyak energi kita yang terkuras disana dan semakin lama kredit kita semakin membengkak. Jadi sebisa mungkin investasikanlah energi kita pada hal hal yang positif. Ini seperti menabung, kita akan punya hal hal positif yang berlipat dikemudian hari. Mari gunakan energi untuk hal hal yang positif.

3. Manajemen semangat
Semangat itu seperti kayu yang menghidupkan api unggun. Api unggun adalah kehidupan, mimpi, cita cita, dan  passion kita. Kita perlu memperhatikan bagiamana semangat itu mengalir dan terus menghidupkan mimpi kita. Kadar semangat menjadi titik penting untuk tetap menghidupkan api unggun. Kita harus terus menumbuh kembangkan berapapun stok semangat yang kita. Saat semangat kita sedang memuncak cobalah untuk membagi semangat itu pada orang orang disekitar kita. Agar pada nantinya mungkin mereka yang balik memberi kita semangat, mengingatkan. Gunakan semangat secara efisien. Saat semangat kita sedang dalam kondisi minimun, cobalah mengingat kembali apa yang pernah kita tulis di buku tentang semangat kita, mencari inspirasi, menemui orang orang baru, membaca buku, belajar bersyukur dari orang yang kurang beruntung dan sadarilah kita terlalu tidak tahu diri untuk menjadi pemalas dan tidak menghargai kehidupan dan tidak bertanggung jawab atas kayu kayu yang telah diciptakan Tuhan untuk kita. Terus nyalakan api unggun, hingga terus mampu menyinari sekelilingnya.

4. Manajemen hati
Mengontrol hati untuk tetap merasa bersyukur. Penuh kasih sayang dengan sesama manusia, mencintai lingkungan, mencintai seluruh makhluk hidup. Mengindari prasangka tidak baik kepada sesama manusia. Dan hati teramat penting untuk sebuah nilai yang akan kita dapatkan. Seperti niat. Bagaimana kita merapikan apa yang ada didalamnya. Menjadi hamba yang tahu diri dan selalu terima kasih pada Tuhan adalah sebuah kemutlakan. Hati bisa dirawat dengat mendekat padaNya. Melakukan ibadah secara berkesinambungan, menjadi pribadi yang lebih baik. Kualitas spiritual juga sangat berpengaruh terhadap banyak macam manajemen yang saya sebutkan diatas. Sebuah doa yang seriang diucapkan nabi “Sesungguhnya Engkaulah yang membolak balikan hati manusia, maka teguhkanlah kami dalam agamaMu“. Semoga istiqomah dalam kebaikan.

Mungkin ini yang baru bisa saya bagi tentang manajemen kehidupan. Masih ada banyak manajemen lainnya. Manajemen penting agar hidup kita lebih berkualitas, bermanfaat, bermakna, dan mempunyai arti.

Salam semangat menjadi lebih baik!

Gallery

Kenapa kita sakit ?

sick

Pertanyaan ini terkadang hadir ketika kita sudah mengalaminya. Aku membahasakan sakit sebagai reaksi aktif karena adanya ketidakseimbangan didalam tubuh. Baik dari segi fisik ataupun psikis.
Hiromi Shinya, seorang ahli endoskopi gastrointestinal nomer satu di Amerika menuturkan bahwa orang yang sakit disebabkan karena kurangnya persediaan enzim. Penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes, stroke kanker dan lain sebagainya bukanlah penyakit keturunan. Tapi mereka adalah penyakit dari akumulasi gaya hidup yang tidak baik. Meskipun ada gen yang tersimpan, itupun tidak akan muncul jika gaya hidupnya baik. Sakit adalah akibat akumulasi dari gaya hidup yang tidak sesuai yang menyebabkan sistem didalam tubuh menjadi tidak seimbang.

Lalu apa sih Enzim?

Enzim adalah sebuah katalis protein yang dibentuk dalam semua sel makhluk hidup. Enzim ikut ambil bagian dalam seluruh aktivitas yang diperlukan untuk pertahanan kehidupan. Penyakit bisa muncul karena adanya proses kehabisan enzim. Enzim ini dibentuk dari sebuah enzim pangkal yang berupa prototipe yang siap berubah menjadi jenis enzim apapun saat ada substrat sesuai keperluan. Kesehatan itu tergantung pada sebaik apa menghemat enzim. Enzim juga berperan dalam proses kesetimbangan (homeostasis) dalam tubuh. Cara menghemat enzim ini adalah bagaimana kita selalu menjaga kondisi tubuh tetap seimbang atau terus memproduksi enzim sebagai pertahanan dengan mengaatur gaya hidup.

Hubungannya enzim dan gaya hidup?

Enzim bisa didapatkan dari sumber makanan yang kita mampu kita cerna. Ini berasal dari makanan yang berserat, mengadung banyak nutrisi lengkap, dan mudah dalam penyerapannya. Karena dengan begitu tubuh tidak terlalu kerepotan dan kehabisan persediaan enzim untuk mengolahnya.
Berdasarkan analisis Hiromi terhadap ribuan pasienya selama 30 tahun menunjukan bahwa kesehatan seseorang bisa dilihat dari kondisi ususnya. Dia melihat berbagai macam kondisi usus dan kaitan gaya hidup pasien secara berkala. Sangat berkaitan erat. Semakin baik gaya hidup, produksi dan kerja enzim juga semakin baik.

Gaya hidup yang baik seperti apa agar tubuh jadi seimbang?

Gaya hidup baik adalah yang selaras dengan hukum alam. Setiap makhluk hidup sudah diberi kode tentang pola gaya hidup yang cocok, salah satu indikatornya adalah struktur gigi. Manusia mempunyai satu pasang gigi taring (pemakan daging) dan selebihnya adanya gigi herbivora (pemakan tumbuhan). Jadi dia merumuskan porsi makanan ideal untuk tubuh munusia adalah 85% nabati dan 15% hewani.

  • Sumber nabati : 50% biji bijian utuh (beras) dan gandum, 30% sayur hijau dan umbi umbian, 5-10% buah buahan, dan kacang.
  • Sumber hewani yang lebih baik untuk dikonsumsi adalah daging hewan berdarah dingin seperti ikan. Karena lemak ikan akan mudah masuk kedalam aliran darah dalam bentuk cair. Lemak hewan bersuhu lebih panas dari manusia (misal sapi dan ayam) akan susah dicerna dalam suhu tubuh manusia yang lebih rendah. Saat memasuki suhu rendah lemak ini dapat lengket dan mengeras lalu mengentalkan darah dan aliran darah terhambat. Lemak ikan jauh lebih baik. Dalam sebuah penelitian, anak anak yang lebih banyak mengkonsumsi daging akan menjadi lebih mudah marah dan emosi tidak stabil. Hal ini adanya proses kimia kompleks yang terjadi didalam tubuh.
  • Banyak minum susu (komersial) bukanlah gaya hidup yang baik, karena komponen susu yang dijual di toko telah dihomogenasi dan menghasilkan radikal bebeas. Selain itu, susu yang dipasteurisasi tidak mengandung enzim enzim yang berharga, lemaknya telah teroksidasi dan kualitas proteinnya telah berubah akibat suhu yang tinggi.. Susu yang mengandung lemak teroksidasi akan mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri. Sama halnya dengan minum yogurt yang mengandung Lactobacillus, bakteri ini tidak akan sampai ke usus secara sempurna karena sebelumnya telah banyak  mati dilambung.
  • Gaya hidup yang baik adalah seperti seharusnya manusia hidup. Selaras dengan hukum alam. Konsumsi makanan yang tumbuh dari tanah yang gembur, yang tidak banyak di beri zat kimia, sehingga tanaman akan mengandung mineral baik lebih lengkap dan makanan yang dimakan setelah panen. Makan buah buahan segar yang belum teroksidasi. Minum banyak air putih. Berolah raga semampunya (gerakan gerakan kecil dan tidak terforsir).
  • Minum setidaknya 6-10 gelas setiap harinya

Selain itu gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan :

  • Berhentilah makan dan minum 4-5 jam sebelum tidur karena hal ini untuk menghindari arus balik makanan ke tenggorokan saat tidur. Jika kelaparan dan tidak bisa tidur dengan perut kosong, makanlah buah segar 1 jam sebelum tidur.
  • Mengunyah setiap suapan sebanyak 30-50 kali, hal ini untuk mengefisiensi kerja enzim.
  • Minum 1-3 gelas setelah bangun tidur pagi, dan 1-3 gelas 1 jam sebelum makan. Setelah makan minum ½ gelas saja.
  • Banyak konsumsi makanan mentah atau dikukus sebentar.
  • Konsumsi berserat agar pembuangan lancar. Kotoran stagnan didalam usus besar sangatlah berbahaya karena menghasilkan gas metas, racun, dan menjadi tempat nyaman untuk bakteri jahat. Aku selalu merasakan saat deman atau sakit, cara untuk membuat tubuh lebih baik adalah segera membuang kotoran. Dan biasanya bau kotoran yang ususnya tidak sehat bau tidak enak. Berbeda dengan kotoran bayi yang ususnya lebih bersih, bau kotorannya tidak terlalu menyengat.
  • Tidur siang singkat minimal 5 menit.
  • Mengurangi ketergantungan pada obat dengan menu makan yang sehat
  • Berfikirlah positif, tarik nafas dalam dalam dari perut 4-5 kali perjam. Ini penting karena akan membantu menyingkirkan racun dan radikal bebas dari dalam tubuh.
  • Kenakan pakaian longgar yang tidak menyesakkan nafas.
  • Luangkan waktu setiap hari untuk sikap menghargai, tertawa, menyanyi.
  • Berbahagialah.

Tubuh itu adalah sebuah sistem yang saling berhubungan, dan tidak bisa dipisahkan. Jadi kita harus paham dengan tubuh kita sendiri. Jika satu titik ada yang salah akan membuat beberapa titik akan ikut salah. Hiromi juga menyatakan bahwa menu makan orang yang kemudia menjadi pasies kanker biasanya sebagian besar terdiri dari protein hewatni dan produk susu.

 Hidup sehat memang mahal, tetapi masih jauh lebih murah dari pada jatuh sakit.

Gallery

Tugas akhir bernama Skripsi

--
Tugas akhir, beberapa fakultas pergurunan tinggi menamainya berbeda beda ada yang skripsi, tugas akhir, makalah, atau apapun itu. Intinya tugas yang harus diselesaikan agar mereka bisa lulus. Ditempatku sendiri [Fakultas Biologi UGM] menamainya skripsi. Istilah skripsi biasanya dipakai untuk tugas akhir bagi para calon sarjana. Disini saya akan bicara tentang tentang skripsi.

Skrispi. Resapan dari bahasa Inggris script”  yang artinya naskah atau tulisan. Ya, skripsi adalah tugas akhir yang berbentuk tulisan. Tulisan dari sebuah alur pemikiran yang sistematis. Sebenarnya sama seperti tugas tugas sebelumnya hanya saja bobotnya yang berbeda. Skripsi adalah tugas makalah yang “lebih bermutu, bernilai”. Banyak cara untuk mengerjakannya, ada yang berdasarkan penelitian, studi pustaka, kajian novel, atau apapun itu berdasarkan bidang studinya. Di dunia keilmuan saya sendiri skripsi harus berdasarkan penelitian yang dilakukan dilaboratorium atau lapangan. Data baru yang kita dapatkan sendiri.

Skripsi adalah perjuangan tersendiri dari sederatan perjuang di sepanjang semester kuliah.

Sedikit pengalaman skripsi saya.
Penelitian yang saya lakukan adalah penelitian dini dalam proses panjang untuk mencari sebuah obat herbal anti HIV. Cukup sulit, cukup menjadi teka teki yang menggelitik. Aku mengumpulkan keberanian untuk melakukan penelitian ini, yang notabene adalah saya harus memulai dari penelitian awal dari sampel pertama yang saya temukan. Ternyata mimpiku tentang “Menemukan obat antiHIV untuk bayi yang dikandung ibu HIV”  dua tahun lalu membuatku melangkah hingga saat ini dan berdiri disini. Keyakinan bahwa ini akan bermanfaat dimasa mendatang membuatku yakin ini akan berhasil. Meskipun penelitian ini harus aku mulai dari nol. Dari pendekatan yang sederhana. Identifikasi tanaman, identifikasi senyawa, pengujian sel, dan lain sebagainya. Dan saya berharap penelitian [skripsi]ku tidak berhenti hanya menjadi sekedar tugas akhir. Tidak berhenti di rak perpustakaan fakultas.

Skripsi seperti melatih para calon ilmuan untuk melakukan penelitian.

Sebenarnya skripsi sedikit menjadi momok untuk para mahasiswa tingkat akhir. Karena membuat permasalah saja itu tidak mudah. Belum lagi harus mengulang penelitian berkali kali, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, mengharapkan data yang bagus, menyita waktu dilaboratorium seharian. Tapi beginilah seni sebuah pembelajaran sebenarnya. Belajar mandiri, belajar mengolah pikiran, belajar mencari solusi, belajar menulis, belajar membuat karya, belajar banyak hal.

Perjuangan saya dan teman teman seperjuangan [yang juga sedang skripsi] cukup menggelitik untuk menjadi cerita sederhana yang berkesan. Ada yang berjuang melawan ombak besar diwaktu petang untuk mendapatkan data, ada yang setiap hari harus menyiram dan mengukur morfologi 120 tanaman, ada yang hari harinya berkutat dibawah mikroskop dan buku kunci identifikasi, ada yang selalu berjejal dengan PCR berharap pita DNA akan terukir bagus disana, ada yang merawat sel didalam medium dengan tulus. Ada banyak sekali cerita tentang penelitian skripsi. Menarik kalau kita mau memahaminya. Karena sebenarnya kita sedang belajar untuk mendapatkan keilmuan yang lebih baik.

Skripsi juga bukan hanya sekedar penelitian dan lalu mendapat data, tapi mengolah pengetahuan untuk membahas sebuah titik pengetahuan baru. Belajar menjadi penulis dan tidak boleh menjadi plagiat. Berjejal setiap saat dengan jurnal dan pustaka yang digunakan. Belajar membaca makna dari sebuah tulisan ilmiah.

Skripsi, setitik dari sekian banyak pembelajaran tentang hidup. Anggap saja skripsi adalah tugas seperti yang biasa dosen berikan, hanya saja bobot lebih besar. Anggap saja ini adalah mata kuliah yang melatih kemampuan kita sebagai ilmuan. Anggap saja ini praktikum yang waktunya lebih panjang. Anggap saja ini adalah usaha kita beribadah kepada Tuhan agar mendaptkan kebaikan. Hadapilah skripsi dengan ketulusan, tegar, berani, ikhlas, tawakal, dan selalu berjuang. Skripsi sama sekali tidak menakutkan. Bertemanlah baik dengannya dengan sikap yang baik.

Skripsi bukanlah akhir dari segalanya [kata dosenku], ini hanya satu terminal kecil yang memaksa kita fokus disini sebentar. Menyita banyak waktu dan energi. Skripsi menjadi bukti Tuhan akan menjawab apa yang kita usahakan. Pada akhirnya kita pasti akan dimudahkan dan diluluskan kalau kita mampu memohon kepada Tuhan dengan ketulusan hanya untukNya.

Perlahan tapi pasti, niatkan penelitian ini untuk sebuah kebaikan bagi umat. Skripsi pasti akan berjalan mulus. Lakukan dengan ikhtiar maksimal yang mampu kita lakukan. Penelitian skripsi pasti akan mendapat jalan terang. Lakukan penelitian dengan sepenuh hati, pasti akan mendapat manfaat yang baik.

Jangan takut, jangan menunda, jangan berpikir runyam. Semua pasti akan berkahir dengan indah.

Semangat skripsi Semangat beribadah.
#sambil menyemangati diri sendiri

Gallery

Menulis dari makna hingga daya

writing-notes

Menulis adalah mengikat jejak pemahaman. Akal kita sebagai karunia Allah ‘Azza wa Jalla, begitu agung dayanya menampung sedemikian banyak data. Tetapi kita kadang kesulitan memanggil apa yang telah tersimpan lama. Ilmu masa lalu itu berkeliaran dan bersembunyi di jalur rumit otak. Maka menulis adalah menyusun kata kunci untuk membuka khazanah akal; sekata menunjukkan sealinea, satu kalimat untuk satu bab, sebuah paragraf mewakili berrangkai kitab. Demikianlah kita fahami kalimat indah Imam Asy-Syafi’i; ilmu adalah binatang buruan, dan pena yang menuliskan adalah tali pengikatnya.

Menulis juga jalan merekam jejak pemahaman. Kita lalui usia dengan memohon ditambah ilmu dan dikaruniai pengertian; maka adakah kemajuan? Itu boleh kita tahu jika kita rekam sang ilmu dalam lembaran; kita bisa melihat perkembangannya hari demi hari, bulan demi bulan. Jika tulisan kita tiga bulan lalu telah bisa kita tertawai; maka terbaca adanya kemajuan. Jika anggitan setahun lewat masih terkagumi juga; itu menyedihkan.

Lebih lanjut; menulis adalah mengujikan pemahaman kepada khalayak; yang dari berbagai sisi bisa memberi penyaksamaan dan penilaian. Kita memang membaca buku, menyimak kajian, hadir dalam seminar dan sarasehan. Tetapi kebenaran pemahaman kita belum tentu terjaminkan. Maka menulislah; agar jutaan pembaca menjadi guru yang meluruskan kebengkokan, mengingatkan keterluputan, dan membetulkan kekeliruan.

Penulis hakikatnya menyapa dengan ilmu; maka ia berbalas tambahan pengertian; makin bening, makin luas, kian dalam, dan kian tajam. Agungnya lagi; sang penulis merentangkan ilmunya melampaui batas-batas waktu dan ruang. Ia tak dipupus masa dan usia, ia tak terhalang ruang dan jarak. Adagium Latin itu tak terlalu salah; Verba Volant, Scripta Manent. Yang terucap kan lenyap tak berjejak, yang tertulis kan adi mengabadi. Tetapi bagi kita, makna keabadian karya bukan hanya soal masyhurnya nama; ia tentang pewarisan nilai. Apakah kemaslahatan yang kita lungsurkan, atau justru kerusakan.

Menulis juga bagian dari tugas iman; sebab makhluk pertama ialah pena, ilmu pertama ialah bahasa, dan ayat pertama berbunyi “Baca!” Tersebut dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan ditegaskan Ibnu Taimiyah dalam Fatawa, “Makhluk pertama yang dicipta-Nya ialah pena, lalu Dia berfirman, “Tulislah!” Tanya Pena, “Apa yang kutulis, wahai Rabbi?” Maka Allah titahkan, “Tulislah segala ketentuan yang Kutakdirkan bagi semua makhluk-Ku sejak awal zaman hingga akhir waktu.”

Muhammad, Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hadir bukan dengan mukjizat yang membelalakkan. Dia datang dengan kata-kata yang menukik-menghunjam, disebut ‘Al Quran’, yang bermakna ‘bacaan’. Maka Islam menjelma diri menjadi peradaban ilmiah, dengan pena sebagai pilarnya; hingga berbagai wawasan tertebar mengantar kemaslahatan ke segenap penjuru bumi.

Semoga Allah berkahi tiap kata yang mengalir dari ujung jemari kita. Sungguh, sesusun kalimat dapat menggugah jiwa manusia dan mengubah arah laju dunia.

Ditulis oleh : Salim A Fillah

Gallery

Ada apa dengan pertiwi ?

Face of Indonesia

Ada apa dengan negeriku?

Sepertinya pertiwi sedang tidak terlalu sehat kali ini. Sedikit berduka dan berwajah muram karena terlalu banyak koruptor yang menunggang diatas kendali.

Ada apa dengan negeriku?
Sepertinya pertiwi sedikit sedih, karena masyarakat tidak mampu lagi percaya sepenuhnya pada para pemimpinya. Kenapa?

Ada apa dengan negeriku?
Sepertinya pertiwi sedikit gundah, karena sebagian buminya tidak lagi terlalu cantik. Manusia mem make up nya dengan keangkuhan perekonomian.

Ada apa dengan negeriku?
Pertiwi sedikit bimbang, karena kepedulian, saling menghormati, tenggang rasa, telah memudar dari setiap jiwa manusia.

Terlalu banyak jika aku selalu bertanya kenapa. Pertiwi hanya ingin sebuah sikap dan pemikiran yang baik. Pertiwi hanya butuh kebaikan.

Indonesia, jangan tanya ada apa. Aku terkadang hanya merasa bosan melihat berita di Televisi yang hanya memberitakan para koruptor yang semakin eksis seperti artis. Media terlalu sibuk untuk memberitakan percerian para selebritis, perselingkuhan para anggota dewan, pembunuhan, pemerkosaan, dan tayangan yang seakan aku tidak mampu lagi membaca makna dari setiap berita yang disampaikan. Media terlalu sibuk memberitakan gaya hidup yang paling tren saat ini. Seakan lupa pada anak anak bangsa yang rindu lagu daerah, rindu tayangan yang mendidik, rindu tayangan si kancil dan si komo, rindu lagu anak anak. Media terlalu sibuk mencari cari kesalahan orang lain, berdebat tentang hal hal yang bukan menjadi jalan keluar. Seakan hilang ingatan untuk tidak lagi peduli dengan ideologi bangsa. Media yang tak lagi mampu ku pahami, mana yang benar dan mana yang salah. Seolah semua dibahasakan dengan konsonan kata yang sama. Memperdayai opini masyarakat.

Dari kejauhan, terlihat semakin sering para investor membangun hotel, penginapan, dan gedung gedung pencakar lainnya. Seakan hilang ingatan tentang hutan, pekarangan, laut, sungai, dan berbagi ekosistem. Para pembangun tiba tiba lupa memberi kesempatan para rumput, pohon, dan air untuk hadir dipermukaan tanah. Tidak menutup seluruhnya dengan con block, yang membuat mereka hanya terdiam dilapisan tanah bawah. Tak terlihat. Sebenarnya alam juga ingin berdampingan seimbang dengan manusia. Mereka melupakan oksigen dan kebutuhan hidup yang dihadirkan oleh alam itu sendiri. Sekarang mereka mulai berkhianat dengan alam.

Wajah Indonesia, mungkin sedikit tergores oleh banyak luka yang tak kubisa jelaskan satu per satu. Tapi percayalah. Masih ada generasi  yang mempunyai kesempatan untuk mengobatinya. Perlahan. Mereka yang berjuang mengharumkan wangi Indonesia yang kancah internasional, meskipun mereka kalah eksis dengan para korutor tua. Mereka yang berjuang berlajar diluar negeri mengeruk ilmu untuk kembali pulang membawa bekal mengobati Indonesia. Meraka para pendidik yang menanamkan ideologi bangsa untuk membentuk sistem pertahanan ideologi yang tangguh. Mereka sebagian para pejabat dewan yang mungkin sedang berperang melawan mayoritas para koruptor. Mereka yang peduli dengan alam, membangun sekolah, mendidik bangsa di keterasingan. Mereka para relawan masyarakat yang tak membutuhkan apa apa dari negeri sendiri kecuali berkontribusi dari kantong pribadi. Mereka yang selalu berkarya berusaha mengobati luka diwajah Indonesia. Mereka yang selalu membuang sampah ditempatnya. Mereka yang selalu tertib lalu lintas. Mereka yang setia di pelosok negeri menjaga keperawanan alam dan budaya. Mereka yang berjuang sendiri untuk negeri, hingga hanya hatinya dan TuhanNya saja yang tahu. Mereka yang selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka layaknya “perawat” yang selalu mengobati luka Indonesia di balik layar, tak ada yang tahu, tidak terlalu dipedulikan, tak ada yang berterima kasih. Mereka yang tak peduli pencintraan dan hanya menginginkan kebaikan. Kemuliaan dari Tuhannya untuk wajah Indonesia yang terluka.

Indonesia, pasti bisa lebih baik.
Pertiwi, pasti bisa senyum kembali.

*sumber gambar : http://www.faceofindonesia.com/gallery/bycategory

Saat sedang bosan [jenuh]

Akhir akhir ini mengetahui ternyata banyak orang yang sedang mengalami kebosanan. Atau bisa juga disebut sedang jenuh. Aku jadi ingin menulis tentang ini. Soalnya aku sendiri juga sedang merasakan ini.

Kenapa sih kita merasa bosan? jenuh? Gak bersemangat? Mungkin bisa dikarenakan kita harus menghadapi suatu hal yang monoton. Itu itu aja. Dalam waktu yang lama melakukan hal yang sama, tidak ada kenaikan dan penurunan yang berarti. Dalam kurva sigmoid, ini disebut fase stasioner. Lurus. Lempeng. Dan gampang membuat bosan. Dan pada akhirnya pada suatu titik akan terasa sangat membosankan hingga jenuh. Sebenarnya apa yang kita butuhkan dalam fase ini?
Menurutku kita butuh Challage. Semacam lemak yang menjadi jenuh, kalo kita panaskan dia akan meleleh lagi. Challage dalam bentuk apapun.

Untuk menghadapi perasan seperti ini memang gampang gampang susah. Setidaknya memang bosan adalah hal yang wajar terjadi. Tapi tidak untuk waktu yang lama. Kita harus kembali ke tempat yang labih baik. Bukan kembali ke rasa bosan itu. Memang tidak dipungkiri, perasaan ini sering menyerang dengan mudah saat semua berjalan dengan begitu membosankan.

Ada banyak cara yang aku lakukan saat perasaan jenuh ini menyerang :

1. Melakukan hal hal baru. Coba mencari tantangan untuk mendaftar suatu kompetisi. Membuat deadline dengan kegiatan diluar kebiasaan. exp: mencoba cari cari pendaftaran acara ini itu, paper publication, atau kompetisi.

2. Nongkrong di tempat makan baru. Mencicipi menu baru, kopi hitam panas, berbagai macam jenis kopi baru, atau minuman panas lainnya.

3. Main ke panti asuhan, atau dinas sosial lainnya. Membuat kita tahu bahwa betapa beruntungnya kita sudah mendapati kesempatan yang baik.

4. Membaca buku. Berjalan jalan ditoko buku, nongkrong di perpustakaan. Baca hal hal yang pengen dibaca. Diutamakan buku yang menginspirasi, atau bisa juga buku menu masakan, merajut, dan buku kreasi yang memacu kinerja otak. Lebih suka buku yang berwarna warni.

5. Berdoa, bersyukur, curhat sama Allah. Meminta maaf karena mungkin ini adalah bibit dari rasa tidak bersyukur. Minta maaf, minta dikuatkan, minta diberi petunjuk. Dan kembalikanlah semua urusan hanya padaNya. Kembalikan niat kita, bahwa kita melakukan ini hanya untuk Allah untuk mendapatkan rahmatnya. Apakah kita akan menyerah untuk memperjuangkan cintaNya karena rasa bosan?

6. Memberi semangat orang lain. Terkadang memotivasi orang lain lebih mudah dibandingkan memotivasi diri sendiri. Maka dari itu, manusia butuh manusia lainnya. Coba memberi motivasi dan semangat untuk orang lain yang kamu temui. Sebenarnya hal itu menjadi motivasi untuk diri kita sendiri secara tidak langsung.

7. Jaga mood untuk tetap baik, nonton film yang memotivasi, ngobrol dengan orang orang soleh yang menginspirasi, banyak membaca Alquran dan buku yang membangun. Usahakan mood tetap baik saat berurusan dengan penyembuhan rasa bosan.

8. Kalau ingin menangis boleh kok. Menangislah dibalik hujan, saat berkendara, dibalik bantal, dilahan yang luas, saat kamu berlari sekencang kencangnya, dibalik buku yang kamu baca, pura pura nonton film sedih, sampai tidak ada orang yang tahu bahwa kamu telah menangis. Menurutku menangis lebih baik daripada mengeluh. Menangislah secukupnya. setelah itu kita harus temukan lagi jalan agar kita bisa kembali tersenyum. Perasaan jenuh itu akan ikut cair dengan air mata kita. Tapi ingat, menangislah secukupnya. Bagiku 30-60 menit itu sudah lebih dari cukup untuk sebuah perasaan bosan yang terpendam sangat lama berbulan bulan.

9. Bersyukurlah dengan apa yang terjadi pada kita, tersenyum, ambil nafas, bahwa Allah akan memberi kado yang indah habis ini. Berfikir positif.

Salam semangat untuk teman teman seperjuangan di kampus biologi UGM. Yang sedang menjalankan tanggung jawab banyak, penelitian tugas akhir, seminar, kerja praktek, PKM, pengurus organisasi, panitia, aktivis, tugas, kuliah, dan semuanya. Yang sedang berharap dirinya bisa membelah seperti amoeba atau jurusnya naruto. Lakukanlah semuanya karena pengabdian kita sama Allah.
Seiring dengan apa yang terjadi sama kita, sesunggunya ini telah sesuai dengan kapasitas kita. Allah juga memberikan kemampuan bersama kedatangannya. Hanya kita saja yang tidak terlalu percaya bahwa kita punya kemampuan itu. Kita itu bisa, kita itu mampu. Selamat berjuang. Semoga apa yang kita perjuangkan mendapatkan Rahmat dariNya.

Jangan pikir kau sebagai materi seonggong belaka, padahal didirimu terdapat kemampuan tak terbatas (Ali, r.a)