Like father like son, like mother like daughter

Pepatah bilang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. That’s right. Memang betul, kecuali saat buah itu ditakdirkan jatuh kesungai terbawa arus dan sebagainya sehingga ia jauh dari pohonnya. Tapi tak dapat dipungkiri, buah yang jatuh terkadang secara alami tak jauh dari pohonnya. Di bawah pohon itu sendiri. Sama halnya dengan yang namanya perkembangbiakan.

Dalam biologi, bisa dinamakan pewarisan sifat. Secara molekuler gen dari ayah dan ibu akan menurun ke anak secara teratur dan terkonsep. Rapi, dan memang akan ada selalu ada kemiripan. Indeks Similiarity. Kesamaan DNA dan molekuler lainnya. Mulai secara genetis atau fisiologis. Meskipun terkadang akan ada pengaruh lingkungan yang membuatnya agak berbeda. Dalam penelitian bioteknologi sering dicari bagaimana membuat bibit bibit unggul untuk turunan baru.

Begitu juga secara karakter, kadang sifat itu akan diturunkan kepada generasi berikutnya.
Pendahuluan singkat tentang regenerasi. Punya keluarga. Punya anak.

Cita citaku yang paling mendasar sebenarnya singkat kok. Aku ingin menjadi istri dan ibu yang baik dan solehah. Ya, sosok itu akan menjadi The real my adventure. Perjalananku sesungguhnya ketika aku akan menjadi seorang istri dan ibu. Tanggung jawab yang besar, pengaruh penting, dan memang menjadi orang yang penting. Dengan menjadi itu Insya Allah aku akan bisa mendapatkan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, saat seorang ibu harus menjadi contoh, membentuk, menasehati, panduan, dan dasar atas pembentukan karakter manusia baru [anak]. Seorang Ibu bertanggung jawab atas masa depan anaknya. Bertanggung jawab menjadi pendamping suaminya. Menjadi panutan untuk anak anaknya. Like father like son, like mother like daughter. Tapi sebenarnya tidak hanya begitu. Tapi pembentukan karakter seorang anak laki laki dan anak perempuan dipengaruhi oleh karakter ayah dan ibunya. Kedua duanya.

Menjadi istri dan ibu. Seperti lahan investasi paling subur yang diberikan Allah pada seluruh wanita untuk mendapatkan rahmat dan surga. Tapi juga bisa menjadi cobaan wanita untuk bisa dimasukan di dalam neraka saat kita tidak dapat menjalaninya dengan baik. Intinya wanita yang baik akan dapat membentuk anak dan suami yang baik.

Haha, menjadi istri, menjadi ibu, sepertinya menyenangkan. Menjadi orang yang mencintai dan dicintai oleh mereka yang dikirimkan Tuhan untukuku. Sejalan sepetualangan di dunia. Semoga mereka adalah orang orang yang baik yang dapat membuat kita bersama sama menjadi lebih dekat dengan Allah. Indahnya. Insya Allah. Mencintai, mendampingi, dan menjaga mereka karena Allah, katanya bisa membuat Allah lebih sayang sama aku.

Maka kenapa ini penting bagi perempuan untuk belajar menjadi seorang istri, menjadi seorang ibu.
Semoga aku bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk istri dan anak anakku nanti #wish

Quote

When i was 5 ye…

When i was 5 years old, my mother always told me that happiness was the key to life. When i went to school, they asked me what i wanted to be when i grew up. I wrote down “happy”. They told me i didn’t understand the assignment, and i told them they didn’t undestand life_ John Lennon

Gallery

Think, Speak!

think

Berfikirlah sebelum berkata.
Setidaknya apakah yang kita katakan itu benar? Apakah yang kita katakan itu bermanfaat? menginspirasi? dibutuhkan? apakah baik?
Sekiranya itu yang perlu kita pikirkan. Aku masih perlu banyak belajar. Karena hidup adalah proses belajar itu sendiri. Pepatah pernah bilang. Silence is gold. Jika memang perkataan kita tidak cukup baik, lebih baik diam.

how to speak

Allah juga mengajarkan kita bagaimana cara berkata yang baik.

Gallery

Harta berharga dunia akhirat

children

Anak anak.

Karunia Tuhan yang indah. Mereka yang membuat para dewasa menjadi bahagia. Mereka yang menjadi harapan bangsa. Harapan untuk dunia lebih baik. Mereka yang menjadi berharga disetiap saat.

Kecil. Disetiap sudut bumi selalu ada anak anak baru yang hadir ke dunia. Manusia baru.
Anak anak menjadi sumber inspirasiku untuk selalu berkarya. Mereka yang selalu membuatku membuka mata.

Dalam suatu siang, saat pertama kali berkunjung kesuatu tempat penampungan anak anak yang dibuang. Aku menemukan manusia manusia cantik  gagah dan cerdas. Mereka malaikat kecil yang hadir di bumi. Berjajar dibalik keranjang, mereka melihat mataku dan berharap kasih. Jernih. Aku mendekat kesebuah keranjang tempat tidur yang berisi perempuan kurus kecil yang tengah berbaring bernama Rahma. Dia kurus sekali. Aku banyak bercanda dengannya. Mengajakanya berdiri. bercakap. Dia sekitar empat tahunan. Kata katanya masih belum terlalu jelas. Tapi sepertinya dia adalah yang paling besar diantara yang lainnya. Bercengkrama. Dia selalu memegang tanganku dan mengajakku bercanda. Bahagia. Seketika disamping keranjangnya ada laki laki kecil kepala plontos mengintik di balik keranjangnya. Memandangi kita dan seperti berharap. Dia mungkin cemburu. Bergumam  pelan sambil menyodorkan tangan ” mbaak, mbaak”. Rasanya hatiku tiba tiba runtuh seketika melihat sorot matanya. Aku segera ingin memeluknya, tapi Rahma juga terus memegangi tanganku erat. Aku mencoba bersepakat dengan Rahma bahwa aku akan kembali nanti.
Oh Tuhan, sayangi mereka. Lalu kupeluk dengan hangat erat jagoan kecil itu. Dia memintaku untuk mengeluarkannya dari keranjang. Dia ingin juga bermain main denganku. Rasanya entah apa saat itu. Mereka pasti begitu rindu dengan sosok orang tua. Rindu pelukan hangat yang membuat mereka merasa nyaman. Silih berganti banyak orang yang datang berkunjung. Tapi tak ada yang menjadi orang tuanya. Mereka yang tidak tau dimana dan siapa orang tua mereka. Mereka yang harusnya menjadi bintang kecil dalam sebuah keluarga.

Hampir sebagian dari meraka adalah anak anak yang tidak diinginkan orang tuanya. Ada sekitar 20 an. Penghuninya berubah ubah karena ada yang masuk dan ada yang diadopsi. Mereka hasil dari hubungan haram yang lalu dibuang. Ada sebagian sakit karena obat obatan yang dikonsumsi ibunya. Terkadang terfikir. Kenapa orang tua mereka tega membuang mereka seperti itu. Entahlah, itu urusan dia dengan Tuhannya. Yang aku aku tau anak anak disini yang harus difikirkan. Ada bayi kecil berumur 1 minggu yang baru ditemukan. Masih merah. Dan ditinggalkan oleh orang tuanya. Ini gambaran di Indonesia, di kota jogja, di kecamatan condong catur, di ruangan kecil panti sayap ibu.

Bagaimana diluar sana?
Anak anak yang tinggal di kolong jembatan, dipinggiran jalan, yang bekerja keras mencari sesuap nasi, yang tidak sekolah, yang hanya punya satu baju ganti, yang tidak ada orang tua, yang bisa tidur dimana saja, yang tak pernah sakit karena terbiasa, mereka yang harusnya dilindungi negara. Mereka yang harus diasuh oleh orang orang dewasa.

Kita melihat lebih luas lagi,
Anak anak korban perang, yang tak punya apa apa untuk sarapan, makan siang, atau makan malam, yang ketakutan saat ada tembakan mendadak datang di bak pengungsian, yang meresakan sakitnya busung lapar di afrika, yang harus merawat adik adiknya saat orang tuanya telah mati tertembak.

Mereka. Anak anak dunia yang harus kita pedulikan. Mereka yang membutuhkan cinta dan kasih sayang. Mereka yang rindu akan pelukan. Mereka yang butuh bantuan kita.

Kita yang telah nyaman di sini. Kita yang telah merdeka. Kita yang menjadi saudara mereka. Kita yang harusnya bisa…
bisa apa? apa yang bisa kita berbuat untuk mereka?

Ya yang bisa kita lakukan untuk mereka adalah selalu mendoakan, berkarya, dan terus berjuang agar tangan kita bisa sampai untuk memegang mereka, membantu mereka “berdiri” dengan baik. Kita yang merdeka membantu mereka untuk  benar benar merdeka dan terbebas dari kelaparan dan rasa penderitaan. Kita dipilih Tuhan untuk berada disini. Mendapat tempat yang baik. Hidup yang baik, nyaman.  Tapi kau tau, ada hak mereka ditangan kita. Ada hak mereka yang telah lupa tidak kita berikan. Ada hak mereka di dalam diri kita. Hak untuk memperdulikan mereka.

Teruslah berkarya berjuang agar kita bisa lebih dekat lebih banyak membantu mereka. Berjuang dan berkarya untuk membantu agar mereka bisa hidup lebih baik. Saat mereka tidak dapat memperjuangan hak dari negaranya. Kitalah yang membantu mereka mendapat haknya.

Peduli bisa dilakukan dengan banyak cara. Lakukan dari hal hal kecil, dari sederhana, sebisa kita. Dan kita akan bertemu disana dengan senyum mereka yang lebih bahagia.
Anak anak itu, adalah karunia Tuhan yang dititipkan.  Mari bersama sama membantu merawat kepunyaaNya.

Semoga Allah melindungi mereka (anak anak diseluruh dunia) membuat mereka bahagia sehat damai tentram dan sejahtera.

Sebuah lagu :

Kulihat ibu pertiwi,sedang bersusah hati

Airmatanya berlinang, mas intanmu terkenang

Hutan gunung sawah lautan, simpanan kekayaan

Kini ibu sedang lara ,merintih dan berdoa

 

Kulihat ibu pertiwi, kami datang berbakti

Lihatlah putra putrimu, menggembirakan ibu

Ibu kami tetap cinta, putramu yang setia

Menjaga harta pusaka, untuk nusa dan bangsa

Gallery

Berdirilah lagi,

Tiba tiba ada seorang teman yang menghubungiku. Dia cerita tentang kesedihannya. Aku mendengar, aku menasehati. Tiba tiba tersentak aku teringat diriku sendiri. Sebenarnya aku menasehati diri sendiri juga.

Apa sih yang kita cari dari kehidupan? Kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Itu saja.

Diriku. Yang bahkan tak banyak hal yang mampu kuceritakan pada orang lain secara gamblang. Tentang apa yang terjadi pada diriku. Beberapa waktu lalu. Tentang ketidakseimbangan dalam diriku. Kehilangan arah, tujuan, harapan, ceria. Semua runtuh seketika dalam waktu yang tidak sebentar. Jiwaku sepertinya runtuh berantakan entah berceceran dimana. Berkeping keeping dan tak berbentuk. Jatuh. Putus asa. Tak punya harapan. Berduka. Menangis. Sedih. Ketakutan. Terpukul. Tak punya banyak pilihan. Hanya ada : sembuh atau mati.

Terdiam sebentar.

Ya, aku ucapakan dan berjanji aku akan sembuh. Kalau Tuhan memang mengijinkan untuk itu. Pada diriku sendiri, pada Tuhan. Akhirnya aku belajar berdiri lagi semampuku. Menata lagi senyum yang tulus. Mencari kembali makna tentang sebuah harapan hidup yang lebih baik. Mengumpulkan segenap rasa, jiwa, hidup, semangat yang tersisa. Dan aku percaya bahagia itu tidak pernah habis. Ia akan selalu ada dihati kita yang siap dipilih setiap saat. Menata rasa sakit memang tidak semudah melewati hari minggu pagi. Tapi aku hanya yakin semua akan terlewati dengan indah. Semua akan berlalu pada akhirnya. Membangun jiwa jiwaku yang tengah terbang berantakan entah kemana perginya. Menghimpun apa yang mampu kuhimpun dengan kapasitasku. Tuhan tak memberi kita cobaan yang melebihi kapasitas kita. Dia selalu tau apa yang pantas untuk kita lebih dari sepengetahuan kita tentang diri kita sendiri. Semua hal menjadi bukti cinta Tuhan pada kita. Karena bahagia sering datang kepada kita dalam bentuk bermacam macam. Kesakitan, kehilangan, kekecewaan. Dan dengan kesabaran, kita segera akan melihat bentuk aslinya. Berusahalah untuk tidak buta dan selalu membuka mata.

Dan pagi ini, aku menyisir lagi rambutku dengan rapi. Tersenyum dengan simpul sederhana bahagia melihat wajahku di kaca. Cantik. Semangat dan rasa cinta tentang hidup yang harus ditumbuhkan lagi. Harapan itu mulai tumbuh lagi di sudut pandangan. Aku segera sembuh. Pasti bisa sembuh.

Ridho Allah itu terletak pada kepatuhan dan kerelaan kita menerima apa yang memang Allah berikan pada kita. Maka berdirilah lagi. Hiduplah dengan sebaik baiknya cara. Dan cara yang baik untuk hidup adalah tetap optimis, bersemangat, berdoa, dan bersikap baik. Berdamai dengan mereka, rasa sakit dan luka, agar mereka bisa segera bebas dari diriku.

Kita hanya perlu untuk berfikir positif, berkarya, bermanfaat untuk orang lain. Mungkin sekarang aku masih tertatih lemah dan tak punya banyak tenaga. Cupu. Tapi aku percaya aku mampu untuk berjalan lebih tegak. Mempercayai diri sendiri. Bahwa aku mampu. Kenalilah dirimu, maka kau akan mengenal Tuhanmu. Tak mudah tapi kita semua sebenarnya bisa. Sedikit perjumpaan yang bahagia dari tulisan akan sebuah janji dari Tuhan dalam Alquran. Aku akan tetap berjuang. Aku akan tetap berkarya. Aku akan tetap berusaha menjadi bermanfaat. Aku bisa. Aku bahagia.

Aku akan mengalir dalam arus kehidupan yang Tuhan berikan padaku. Berlayar dengan semaksimal mungkin sekemampuanku. Mengalir dengan semangat berfikir positif. Optimis adalah bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan yang memberi kita kesempatan lagi. Tubuh ini hanya titipan Tuhan untuk menjadi tempat buat jiwa kita. Rasa syukur kita atas sebuah kehidupan adalah berusaha hidup lebih baik.  Aku ini siapa? Aku ini milikNya, dan aku harus mampu merawat jiwaku, diriku, dan hidupku dengan lebih baik sebagai tanda terima kasihku.

Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kita rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun, jika kita menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya.

Jadilah seorang pemberani yang berani hidup lagi. Apa yang kamu takutkan? Hidup itu tidak pasti. Berjalanlah lagi, terowongan ini terlalu panjang untuk kamu terlalu lama berdiam terus disini. Berjalanlah lagi, lagi, dan lagi. Selangkah lebih baik daripada kamu hanya meratapi. Mengatur nafas. Menghadirkan Tuhan disetiap langkah yang akan ditempuh. Jangan takut. DIA selalu ada. DIA tidak pernah tidur. DIA tidak pernah bosan mendengar curhatanmu. DIA tidak pernah sekalipun memalingkan pandangan darimu. DIA selalu hadir didalam hati. DIA ada setiap kali kamu merintih kesakitan dan meminta tolong.

Tersenyumlah, berbagilah, berbahagialah, dan bersyukurlah.

Maka nikmat Allah mana yang engkau dustakan?(Ar Rahman)

up

Gallery

Kebenaran parsial

Dahulu kala, terdapatlah seorang raja yang mengalami kerepotan dengan para menterinya. Mereka terlalu banyak berbantah sehingga nyaris tak satupun keputusan dapat diambil. Para menteri itu, mengikuti tradisi politik kuno, masing masing menyatakan bahwa hanya dirinyalah yang paling benar dan lainnya salah. Meskipun demikian, ketika sang raja yang penuh kuasa menggelar perayaaan festival umum, mereka semua bisa sepakat untuk cuti bersama.

Festival yang luar biasa itu digelar di sebuah studio besar. Ada nyanyian dan tarian, akrobat, badut, musik, dan banyak lagi. Dan dipuncak acara, kerumunan banyak orang dengan para menteri yang tentunya ada di tempat duduk terbaik. Sang raja menuntun sendiri gajah kerajaan ke tengah arena. Dibelakang gajah itu berjalanlah tujuh orang buta, yang telah diketahui oleh umum sebagai orang orang yang buta sejak lahir.

Sang raja meraih tangan orang buta pertama, menuntunya untuk meraba belalai gajah itu dan memberitahu bahwa itu gajah. Raja lalu membantu orang buta kedua untuk meraba gading sang gajah, orang buta ketiga meraba kuping, yang ke empat meraba kepala, yang kelima meraba badannya, yang keenam meraba kaki, dan yang ketujuh meraba ekornya, lalu menyatakan kepada masing masing orang buta bahwa itulah yang dinamakan gajah. Lalu raja itu kembali kepada si buta pertama dan memintanya untuk menyebutkan dengan lantang seperti apakah gajahitu?

“Menurut pertimbangan dan pendapat sayang yang ahli ini, saya nyatakan dengan keyakinan penhun bahawa seekor gajah adalah sejenis ular, marga Python asiaticus” Kata orang buta pertama

“Sungguh omong kosong, seekor gajah terlalu keras untuk dianggap sebagi seekor ular. Fakta sebenarnya, dan saya tak pernah salah gajah itu seperti bajak petani”  Kata orang buta kedua yang meraba gading gajah.

“Jangan melucu, seeokor gajah adalah seperti daun kipas yang besar” Kata orang buta ketiga yang meraba kuping

“Kalian idiot tak berguna! Seekor gajah sudah pasti sebuah gentong air besar ” kata orang buta keempat yang meraba kepala.

“Mustahil, benar benar mustahil. seekor gajah adalah sebuah batu karang besar ” kata orang buta kelima yang meraba badan

” Parah, seekor gajah itu sebatang pohon” kata orang buta ke enam yang meraba kaki

” Dasar orang orang picik, Aku akan memberitahu kalian apa sebenarnya gajah itu. Gajah adalah semacam pecut pengusir lalat. Aku tahu aku dapat merasakannya. Kata orang buta ke tujuh yang meraba bagian ekor.

“Sampah! Gajah itu seeoko ular, “tidakbisa! itu gentong air”, ” Bukan gajah itu….” dan para buta pun mulai berbantahan dengan sengitnya, semua berbicara berbarengan, menyebabkan kata kata meluber menjadi teriakan teriakan lantang dan panjang. Tat kala kata kata hinaan mulai mengudara, lantas datanglah jotosan. Para buta itu tidak yakin betul siapa yang mereka jotos, tetapi tampaknya itu tidak terlalu penting dalam tawuran semacam ini. Mereka berjuang demi prinsip, demi integritas, demi kebenaran. Kebenaran pada masing masing kenyataannya.

Semua penonton belajar.

Masing masing dari kita hanya mengetahui sebagian saja dari kebenaran. Bila kita memegang teguh pengetahuan kita yang terbatas itu sebagai kebenaran mutlak, kita tak ubahnya seperti salah satu dari orang buta yang meraba satu dari bagian seekor gajah dan menyimpulkan bahwa pengalaman parsial mereka itu sebagai suatu kebenaran, dan yang lainnya: Salah.

Coba kalau saja orang buta itu saling berdialog dan menggabungkan data pengalaman masing masing. Mereka mungkin akan bisa menarik suatu kesimpulan bahwa seekor gajah adalah sesuatu yang seperti batu besar,yang ditopang oleh empat batang pohon, dibagian belakang batu karang itu ada seutas pecut pengusir lalat, dan di depannya ada gentong air besar. Disetiap sisi gentong itu terdapat dua daun kipas, dengan dua bajak yang mengapit seekor piton panjang. Bukan gambaran yang buruk buruk amat akan seeokor gajah, bagi orang yang tak pernah melihatnya.

(dalam cacing dan kotorannya)

Melihat kisah ini, aku teringat suatu hal tentang moral sebagian masyarakat dari bangsa ini. Mereka, beberapa orang dengan pendidikan tinggi yang pernah aku lihat di televisi. Orang orang terpilih yang duduk kursi perwakilan rakyat. Mereka yang dikira tidak buta, tapi ternyata terkadang buta. Bertengkar untuk suatu hal yang mereka belum tau kebenaran mutlaknya.

Menulis ini, bukan berarti aku sudah baik. Tapi aku jadi lebih paham dan belajar. Bagaimana harusnya kita bisa bersikap lebih baik dengan menghargai pendapat orang lain. Mengkaji kebenarannya sebelum kita bisa benar benar menilais sesuatu.  Karena pengetahuan kita terkadang hanya parsial, atau mungkin temporal.  Dan apa yang kita butuhkan untuk ini? Open mind dan singkirkan ego.

Gajah

Gallery

,

tangga keatas

Ridha Allah tak terletak pada sulit atau mudahnya, berat atau ringannya, bahagia atau deritanya, senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya..”

“Ridha Allah terletak pada. Apakah kita mentaati-Nya dalam menghadapi semua itu? Apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larang-Nya dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan? ”

“Maka selama di situ engkau berjalan, bersemangatlah…” (Salim A Fillah)

*copast dari status teman facebook

Gallery

dibalik air

Rasulullah bersabda, “Tidak ada satu kebaikan pun yang pahalanya lebih cepat diperoleh daripada silaturahmi, dan tidak ada satu dosapun yang adzabnya lebih cepat diperoleh di dunia, disamping akan diperoleh di akherat, melebihi kedzaliman dan memutuskan tali silaturahmi ”.

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Q.S. Al Hujaraat :16)

Quote

Kematian datang…

Kematian datang kapan saja, dengan cara apapun yang tak pernah kita tau. Kematian adalah akhir dan awal. Siap setiap saat. Kapanpun itu, semoga Kau menjadikanku golongan orang orang yang khusnul khotimah. Bukankah kematian itu awal jalan menuju tempat kita bisa bertemu denganNya? Beruntunglah orang yang mati muda

Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak, dan banyak memberikan manfaat kepada suaminya; yang jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia akan segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata,
”Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku”

(HR Baihaqi)