Saat kita jadi sok paling tahu tentang apa yang orang perlu tahu

Sadar gak sih banyak dari kita yang gampang banget menghakimi/menertawakan/mengherankan/mempertanyakan ketidaktahuan orang.

Ya, aku salah satu pelakunya.

Saat suatu hal yang –menurut kita- dia harus tahu, eh ternyata dia gak tahu. Sontak kita begitu mudah dan meremehkan, bilang “Serius kamu gak tahu”, “Ya ampun, masak sih kamu gak tahu?”, “Kamu kemana aja sih kok gak tahu”.

Reaksi spontan yang terlihat wajar memang. Wajar sekali.

Meski mungkin banyak dari kita yang mengemasnya dalam bentuk becandaan. Biasalah anak muda kalau belum saling ejek-mengejek belum sah jadi teman. Ya. Memang sih. Tapi tetap saja, rasanya ada yang mengganjal.

Terlepas dari semua itu, aku hanya berpikir. Atau mungkin lebih tepatnya aku baru sadar….

“Kayaknya aku gak seharusnya begitu deh”.

Hati nuraniku seperti menyeret otakku untuk berpikir lebih dalam. Sampai ke kedalaman yang membuatku agak gemetar. Karena jujur, aku menyesal menghakimi ketidaktahuan orang belakangan.

Hey,

Tahu segalanya bukan jaminan kita bisa hidup bahagia. Tahu tentang semua hal tak selamanya membuat hidup kita lebih baik. Tahu perihal apapun tak menjamin kita masuk surga.

Ya, karena terkadang Tuhan menjaga kita dengan ketidaktahuan. Tak semua hal perlu kita tahu. Karena tak semua hal itu baik untuk kita tahu. Misalnya saja,

Bukankah hidup lebih mudah dijalani saat kita tak tahu kapan tepatnya kita mati?

Bukankah tidur jauh lebih nyenyak saat kita tak tahu nyamuk menggigit semalaman?

Bukankah kesedihan jauh lebih mudah dilewati saat kita tak pernah dengar lagu galau yang menyayat hati?

Bukankah hidup lebih bahagia saat kita tak terlalu peduli dengan hitungan bakteri di telapak tangan?

Kadang ketidaktahuan akan suatu hal membuat kita jauh dari kekhawatiran. Jauh dari kesibukan yang memang tidak ada manfaatnya. Tak dihantui rasa cemas yang buang-buang energi. Dan itu membuat kita lebih bahagia. Dari hal besar sampai hal paling sederhana.

Menurutku, menilai apa yang perlu kita tahu itu seperti makan. Sesuai selera dan kebutuhan. Gak semua jenis makanan harus dimakan. Gak semua porsi orang punya porsi yang sama. Tergantung kondisi masing-masing. Sudah ideal atau belum? Itu bukan urusan kita untuk ikut campur.

Ya, menertawakan ketidaktahuan orang mungkin membuat kita sedikit jumawa. Tahu apa yang orang tidak tahu bikin kita sedikit bangga. Tapi itu sama sekali gak bikin hidup kita berubah jadi lebih baik.

Karena bahagiamanpun. Ketidaktahuan bukan hal yang patut ditertawakan. Karena barangkali hidupnya lebih baik dengan tidak tahu suatu hal.

Mungkin begitulah Tuhan menjaganya.

Sekian.

Ketika kamu ingin menulis tapi tak tahu apa yang harus ditulis

Yap, barangkali ini tulisan paling random yang pernah ada. Setelah sekian lama tak menulis, rasanya jariku seperti kram atau malah bisa dikatakan agak gila. Kalau gak bingung mau nulis apa, kadang-kadang jariku malah menari-menari di atas keyboard laptop dan gak jelas nulis apa.

Hasilnya, aku justru lebih suka menghapus setelahnya. Hilang.

Sepertinya menjadi editor menyedot kepercayaan diriku sebagai penulis dan aku jadi agak perfeksionis. Aku belajar tahu mana tulisan bagus dan mana tulisan yang “Ini orang ngomong apa sih?”. Edit-edit-edit-edit-edit. Saking seringnya edit, makanya tulisan sendiri malah jarang banget yang terbit. Malu dan segan. Takut gak terlalu bagus. Ah, aku kayaknya jadi orang memang terlalu serius. Santai sajalah.

Jangan terlalu serius memikirkan segala hal, kadang kita perlu jaga jarak dari kekhawatiran.

Sekian lama gak nulis, kali  ini aku memaksakan diri bikin tulisan yang gak penting. Plus gak jelas. Ya, anggap saja ini sebagai pemanasan yang harus dilakukan setelah lama “menghilang” dari penge-blog-an.

Suatu pagi, di Cafe Organic, Garden Gangstas, Bali. Selepas lelah menyusuri jalan sendirian, minum kopi adalah pembangkit energi. 

Pikiranku menjadi kosong. Seperti ada yang digondol. Entah apa, aku juga masih tak temukan jawabannya. Mungkin saja itu adalah resah. Dan sekarang benak seperti jalanan pukul 3 pagi yang sepi. Lengang tak ada kendaraan yang berlalu lalang.

Damai.

Dan aku hanya memikirkan satu: bagaimana aku bisa menyapamu? Lagi?

Aku ingin bicara tapi tak bisa berkata-kata. Lidahku seperti mati rasa. Aku ingin mendengar. Tapi suara-suaramu terlalu jauh untuk ditangkap gendang. Aku ingin melihat, tapi kau selalu tak tampak. Kau samar dan seperti hendak menghilang.

Aku ingin mencari, tapi aku juga tak paham apa yang hilang. Seperti ada yang kurang. Mungkin jawabannya adalah kebaikan. Aku terlalu sibuk dengan keramaian.

Aku ingin kamu, tapi aku tak tahu cara memintamu. Aku kau menjadi bagian dari hidupku, tapi kau masih perlu banyak dirayu. Padahal, aku tak tak pandai untuk melakukan itu. Tolonglah, jangan kau buat aku jadi pencundang.

Dan waktu. Mungkin hanya itu yang bisa mencairkan kamu yang sudah lama membeku di otakku.

Dan keberanian. Mungkin itu yang membuatmu bisa dalam pelukan.

Dan kerja keras. Mungin itu yang membuatmu tak lagi lepas.

Kamu: harapan.

Halooo, lama tak jumpa

Haloo, lama tak jumpa. Ah, ternyata sudah setengah tahun lebih aku gak nulis di blog ini. Rasanyaaa, ada rindu-rindunya, meski bisa dikatakan aku sudah menyandang status penulis (karena bekerja di media). Ibarat rumah, aku sudah sibuk berkelana dan lupa pulang –nulis buat sendiri– lagi.

Sering aku merencanakan untuk nulis ini dan itu di sini, tapi pikiran dan waktu tergerus untuk menulis di Hipwee. Bukan tak menyenangkan, kesibukanku sekarang bikin waktu terasa cepat. Waktu luang sering aku pergunakan untuk jaga jarak dari layar. Menciptakan ide, nulis, makan malam bersama teman-teman, istirahat, galau-galau gak jelas, mewujudkan cita-cita, dan bersenang-senang.

Rasanya 24 jam hanya setengahnya. Tapi yang jelas aku menikmati semuanya.

*sambil kibas kibas bersihin sawang*

 

 

Gadis yang mengepak hatinya lagi

Mungkin senja sudah lewat terlalu lama, sejak ribuan bintang sudah bertandang cerah dihadapan. Tapi terkadang dia masih suka memikirkan siang yang tadi. Masa saat tak ada bosan untuk berlari kencang dan menangkapi ikan dikolam. Tak lagi akan ada yang tersesat saat ada cahaya yang terlihat terang. Entah apa  yang dia bicarakan pada alam sekarang ini, dia sendiri tidak paham. Tiba-tiba saja bergumul semacam rindu yang sudah lama membeku. Rindu pada dekap yang membuatnya tetap tegar kapanpun juga. Lucunya, dia tak tahu pada siapa hati akan dibagi, sesekali dia juga merasa putus asa. Karena mengencani malam sendirian membuatnya merasa kesepian. Meskipun banyak orang berlalu lalang dihadapan, dia tetap tak bisa berkata apa-apa tentang keinginannya untuk diajak berjalan bersama. Dia hanya ingin lebih berhati-hati, dengan hatinya sendiri.

***

Hatinya sudah lama, dan tak berubah banyak pada akhirnya. Sampai tersadar bahwa malam sudah beranjak diatas kepala, hatinya masih saja dibiarkan seperti semula. Lama, disemuti hingga sedikit menimbulkan luka. Kering, hingga dia tak lagi bisa berfikir. Aus, karena tidak terurus. Salahnya sendiri. Tapi satu hal, bahwa masih ada siang selanjutnya yang bisa dia nikmati dengan hatinya yang terawat dengan baik. Gelap gulita yang sering membuatnya kesepian, tak lagi dia gerami.

Kini, dia memutuskan unutuk mengepak kembali semua yang sudah dia buka berbulan-bulan. Membungkus kembali untuk siapapun yang mau diberi. Siapapun itu, dia yang berani membantunya merawat rasa yang akan ditumbuhkan bersama tak kan lagi membuatnya merasa kesepian. Dia yang tak lagi cemas dengan hatinya yang tidak kunjung punya cara untuk dibagi pada yang lain.

Brad and Jolie love story

Angelina+Jolie+Brad+Pitt+Angelina+Jolie+Announce+qiQyKsYvY0Hl

Brad Pitt about his Lady:
“My girl got sick. She was constantly nervous because of problems at work, personal life, her failures and children. She lost 30 pounds and weighted about 90 pounds. She got very skinny and was constantly crying. She was not a happy woman. She had suffered from continuing headaches, heart pain and jammed nerves in her back and ribs. She did not sleep well, falling asleep only in the mornings and got tired very quickly during the day. Our relationship was on the verge of a break up. Her beauty was leaving her somewhere, she had bags under her eyes, she was poking her head, and stopped taking care of herself. She refused to shoot the films and rejected any role. I lost hope and thought that we’ll get separated soon… But then I decided to act. After all I’ve got the MOST Beautiful Woman on earth. She is the idol of more than half of men and women on earth, and I was the one allowed to fall asleep next to her and to hug her. I began to shower her with flowers, kisses and compliments. I surprised and pleased her every minute. I gave her a lot of gifts and lived just for her. I spoke in public only about her. I incorporated all themes in her direction. I praised her in front of her own and our mutual friends. You won’t believe it, but she blossomed. She became better. She gained weight, was no longer nervous and loved me even more than ever. I had no clue that she CAN love that much. And then I realized one thing: the woman is the reflection of her man. If you love her to the point of madness, she will become it”.

Surat, untukmu yang ditakdirkan untukku

love letters
Untuk kamu, yang dijanjikanNya, didalam dadamu ada aku, menjadi tulang iga yang menjaga jiwamu.

Surat, untuk jodohku.

Siapapun kamu, siapa namamu, seperti apa wajahmu, selembut apapun tindak tandukmu, apakah alismu tebal ataukah tipis, aku tidak perlu terlalu banyak ragu. Karena kebahagiaan terbesarku adalah akhirnya aku bertemu denganmu. Kau tahu kenapa?

Karena akhirnya aku menemukan orang yang bisa menemaniku berjalan menyiapkan bekal pulang bertemu Tuhan. Yang bisa aku beri cinta tak habis habisnya. Yang menjadi inspirasiku. Yang dipundakmu aku bisa menyandarkan kepalaku. Yang dipangkuanku aku bisa menenangkan kegelisahanmu. Lalu kita akan saling menguatkan tentang lika liku yang harus kita hadapi di dunia.

Ini hanya soal waktu, soal kesiapan, soal jala yang digerai Tuhan pada hidup kita.

Aku akui, menunggumu terkadang membuatku merasa jemu. Kamu yang tak kunjung datang dan mengetuk pintu rumahku. Jika kamu tanya “apakah aku kesepian?”.  Ya, aku kesepian. Sangat kesepian. Tapi sekesepian apapun aku, aku tetap berusaha menikmatinya. Karena aku percaya semua ini akan dibayar mahal. Kamu yang terbaik akan datang pada waktu yang tepat. Seberat apapun aku mencoba menjaga hatiku untuk tidak jatuh hati pada hati yang salah. Aku tidak ingin bergantung pada apa apa kecuali pada Tuhan. Dan sejujurnya aku ingin berlari bersamamu. Hanya kamu. Menyerahkan diriku untuk kau cintai. Menyerah pada cinta yang sudah ditakdirkan Tuhan. Mungkin itu terasa membuatku lebih tegar untuk menghadapi semuanya. Jadi aku tidak lagi sendirian. Aku tidak lagi kesepian.

Terkadang, aku merengek “Tuhan, pertemukan aku dengan jodohku, kumohon”. Tuhan mungkin tertawa melihatku begitu. Hingga akhirnya aku hanya pasrah. Biarkah Tuhan yang memberikan jalan pada kita untuk bertemu. Meski penantian ini panjang.

Kau tahu, sesekali aku mencarimu, menerka nerka mungkin kamu ada disekelilingku, mungkin kamu teman jauh, mungkin kamu orang yang ada diluar sana yang belum pernah kulihat wajahnya sampai sekarang. Dan aku tak bisa apa apa, aku takut salah untuk memulai menyapa. Aku hanya ingin menjaga diriku sebagai seorang perempuan. Aku hanya bisa menunggu keberanianmu untuk menjengukku lebih dulu. Aku menunggumu kesungguhanmu untuk menjadikanku halal bagimu. Setiap saat aku berdoa untuk itu.

Kita akan menjadi sepasang pejuang. Dunia dan Akhirat.

Kita yang akan membangun rumah bersama. Menjadi yang pertama kulihat dipagi hari. Yang kutemani minum kopi. Lalu kita pergi setiap libur panjang, mengepak barang barang di mobil belakang. Kita mungkin lebih suka mobil tinggi besar yang bisa kita gunakan untuk jalan jalan rusak petualangan kita. Kamu dan aku, melakukan perjalanan jauh. Membuat kisah baru disetiap celah celah Indonesia. Sesekali aku akan menggantikanmu menyetir, dan membirkanmu terkantuk kantuk di jok mobil. Kita akan mendirikan tenda diatas gunung gunung yang menjulang. Menikmati dinginnya malam bersama, memandangi bintang. Dan aku akan menceritakanmu sesuatu. Yang hanya aku dan kamu yang tahu.

Dan lagi, semoga kamu bersabar untuk sesekali menikmati masakanku yang kurang sedap. Tapi aku mau tetap belajar, sungguh. Kamu lihat kan berapa banyak buku resep masakan yang kupelajari? Meski bentukkanya tidak lagi persis, tapi aku akan selalu berusaha untuk itu. Sesekali kamu mungkin hanya bisa tertawa meledekku.

Kamu, yang membuatku merasa nyaman keluar malam. Wisata kuliner. Dihujani cahaya bulan yang malu malu melihat kita bahagia. Aku, kamu, menjadi teman hidup, selamanya. Maukah kau terus begitu? Menikmati makanan yang baik, agar jiwa raga kita juga baik.

Kamu, yang menjadi imam solatku, yang akan selalu aku amin-i doamu.

Lalu, kali ini siapa yang akan bangun lebih pagi untuk olahraga. Aku atau kamu? Kebiasaan pagi kita yang harus kita jaga. Bukan hanya agar badanmu tidak kegendutan, tapi untuk kebugaran badan. Aku tidak ingin kamu sakit terkulai, karena pagiku mungkin bisa jadi bisu tanpamu.

Kamu. Yang selalu kutunggu. Yang mengingatkanku “Bagaimana hafalanmu?”Bagaimana tilawahmu?” “Sudah kau sedekahkan sebagian rejeki kita?” . Kita tidak hanya berlomba lari pagi, tapi kita juga ingin berlomba dalam kebaikan. Karena aku tahu, kamu tidak akan menjadi lebih baik kalau aku tidak menjadi lebih baik juga. Dan aku tidak menjadi lebih baik jika kamu tidak menjadi lebih baik pula. Aku dan kamu bisa menjadi baik kalau kita sama sama semangat melakukan kebaikan. Kita akan saling bergandengan, menguatkan, mengingatkan. Karena kita adalah satu kesatuan.

Sesekali terdengar, kata orang, hidup berkeluarga itu tidak semudah yang seringkali kita deskripsikan. Ya, sesekali ada ranjau, kelok, rintangan, cekcok, dan kecewa yang menghadang. Tapi aku yakin kita tidak akan menyerah untuk terus tumbuh. Bahagia hanya soal bagaimana bersyukur. Ini hanya soal bagaimana kita bisa saling menghargai satu sama lain. Bukankah cita cita kita tidak hanya bersama didunia?

Sungguh, aku ingin berdua bersamamu di negeri akhirat sana, disurga.

Kamu, yang tidak pernah bosan untuk mengerti diriku. Karena akupun berusaha untuk itu. Kita akan saling diskusi tentang cita cita kita bersama. Tabungan kita yang akan kita investasikan di Jalan Tuhan. Proyek kita tentang pemberdayaan, mencerdaskan anak anak Indonesia. Aku bahagia bisa melui itu semua, tidak sendiri, tapi bersama denganmu. Setiap kali. Kau ada disampingku.

Kau pun tahu, aku bukan perempuan sempurna yang kau idamkan. Mungkin. Tapi kita saling menyempurnakan. Itu sudah lebih cukup. Kau mengisi kekosongaku, dan aku mengisi kekosonganmu. Bukankah begitu pas Tuhan memberikan keterikatan antara dua manusia? Cinta menjadi perekat yang selalu kita remajakan setiap saat.

Kau tahu, seberapa lama aku menunggumu. Didepan pintu, sambil sesekali aku mengenyam rindu yang menggebu gebu. Saat aku merasa kelelahan berjalan, jatuh dilubang lubang perjalanan, kepalaku penuh, ingin menyerah, aku ingin ada kamu disisiku. Menggenggam tanganku sambil berkata “Berdirilah lagi, gustin”. Kamu yang dikirimkan Tuhan untuk menemaniku, menguatkanku, menyeka air mataku.

Kita seperti bangunan yang saling menyangga satu sama lain. Kamu adalah seorang pemimpin, aku managernya.

Kamu dan akan akan membuat peradaban baru. Merawat anak kita dengan sebaik baiknya. Kita akan saling belajar untuk menjadi orang tua teladan bagi anak anak kita. Kau tahu? Kamu adalah orang yang membuatku yakin, bahwa keluarga bahagia itu bisa ciptakan. Mungkin saja kita sesekali bertengkar, tapi kita menjaga lisan dan tangan. Kita berdua. Saling mencinta dengan laku. Saling menyayang dengan kesabaran.

Dipagiku, aku bisa membenarkan lipat leher kemejamu, merapikan sisiran rambutmu, menyiapkan sarapanmu.

Kamu sedang apa diluar sana. Apakah kamu juga sudah merindukanku seperti aku merindukan kedatanganmu?

(Oktober 2014 : Dan aku ingin sedikit cerita, hari ini langit sedang mendung, agak menakutkan, aku sedikit gelisah, barangkali langit yang biru akan runtuh menghancurkan tubuhku, tinta penaku macet beberapa kali, aku merasa sendu, aku tak tahu harus bercerita dengan siapa, dan aku sangat rindu kamu).

Galau soal jodoh?

rumahtangga

Suatu pagi yang ramai oleh hiruk pikuk manusia yang sedang terlahir baru. Menggunakan busana terbaik. Saling memberikan maaf diruangan besar biasa kami berkumpul disetiap 1 syawal. Keluarga besar Abu Darin. Perbincangan adalah hidangan istimewa selain kue kue kering lainnya. Kami saling bercanda dengan tawa yang tidak pernah hilang seharian itu saja. Tiba tiba celetuk ringan dari seorang paman mengagetkanku.

“Mana calonnya? Tahun depan dikenalin ya”

Sontak aku hanya bisa terdiam, cengar cengir tak tahu harus jawab apa. Pertanyaan senada lambat laun mulai terdengar lantang. Berkali kali. Bikin galau saja.

Aku tersadar usiaku sudah hampir menginjak 23 tahun. Dan aku, masih sendiri. Tak ada calon yang pasti.

***

Sepenggal kejadian yang mungkin juga dirasakan oleh banyak orang. Diusia 20an, bicara jodoh memang seringkali bikin galau. Galau karena tidak tahu kepastian tentangnya, siapa, dimana, seperti apa, dan harus bagaimana. Kadang terfikir, coba kalau Tuhan menempelkan stempel di setiap kepala pasangan sejati kita dan kita bisa melihatnya, pasti kita tidak perlu galau kalau masih sendirian. Tidak perlu merasa diberi harapan dan memberi harapan pada dan oleh orang yang salah. Karena harapan itu hanya ada pada satu orang saja.

Tulisan ini adalah serangkaian uneg uneg dan nasehat untuk mengingatkan diriku sendiri.

Ya, mungkin beginilah Tuhan menguji manusia agar mempercayai takdirNya, ketentuanNya, bahwa yang namanya Jodoh pasti akan datang. Bahwa kita diciptakan saling berpasang pasangan. Percayalah. Itu dasar  yang paling utama jika bicara soal jodoh. Jadi jangan galau.

Bagi seorang perempuan, bicara jodoh mungkin bisa lebih rumit dari prespektif seorang laki laki. Lebih khususnya perempuan seperti saya. Saat beberapa orang menasehati “Jodoh itu harus dicari, dikejar”. Sedangkan saya tidak mungkin mengejar laki laki. “Kalau kamu gak pacaran, gimana kamu bisa dapet suami”. Sedangkan saya tidak sanggup untuk sepenuhnya menerima pacaran dalam prinsip hidup saya. “Kamu harus punya calon dari sekarang, nanti keburu tua, teman temanmu sudah pada nikah”. Sedangkan saya hanyalah perempuan biasa yang tidak bisa memulai. Saya hanya bisa diam, mendengarkan setiap masukan. Terkadang memang bikin kepikiran, tapi yasudahlah. Saya menjadi diri sendiri saja. Dalam urusan percintaan, saya membutuhkan suami. Bukan seorang pacar, teman dekat atau semacamnya.

Kenyataannya banyak orang berhasil berumah tangga tanpa pacaran terlebih dulu.  Karena sungguh, hubungan percintaan antara perempuan dan laki laki yang terjalin dari selain ikatan pernikahan adalah hal yang bikin rumit kepala dan banyak tidak baiknya.

Jadi, bersabarlah untuk jodohmu saja. Yang kalian akan diikat hatinya dengan kemantapan, ketentraman, keterpautan, dengan keimanan. Yang kalian saling mencintai karena cintaNya Yang kalian ada untuk saling melengkapi satu sama lain.

Jodoh. Perempuan.

Sekarang saya tidak bisa berbuat apa apa. Saya hanya bisa percaya dengan pegangan saya sendiri. Dia (jodoh) akan menemukanku dan aku akan menemukannya dengan cara kita sendiri. Aku percaya, kita akan bertemu dengan cara yang baik.

Hingga akhirnya, perempuan hanya bisa tertahan, hanya bisa aktif dalam doa. Karena kebanyakan dari kaum kami tidak mempunyai keberanian untuk meminta dinikahi. Kami hanya bisa berharap, dan terus berharap kepada Tuhan. Yang bisa kami lakukan hanyalah memantaskan diri. Memperbaiki banyak hal, belajar, menjaga diri, berkarya, menambah kapasitas, mempersiapkan. Kebanyakan kami adalah kaum yang menunggu.

Jadi sebagian dari kami tidak tahu harus memulai dari mana untuk menyapa orang yang kami suka, lalu bilang “maukah kamu menikahiku”. Sontak aku hanya cekikikan membayangkan itu terjadi padaku. Keberanian yang luar biasa. Semoga saja jodoh saya lebih pengertian untuk datang dan memintanya lebih dulu. Berharap 😀

Mungkin setiap perempuan menginginkan hal yang sama denganku.

Seorang sepupu laki laki menasehati “Perempuan berkualitas tidak perlu mencari, tapi dia akan dicari”. Aku tidak terlalu paham dengan definisi perempuan berkualitas dalam presepsi laki laki. Yang jelas peer besar seorang perempuan adalah menjadi berkualitas. Secara batin ataupun lahir. Mungkin ini adalah salah satu usaha perempuan dalam mencari jodoh.

Tapi eits, jangan kita menjadi perempuan berkualitas karena ingin punya jodoh yang berkualitas. Kepunyaan Allah berada disegala galanya. Niatkanlah karena Allah. Karena jodoh adalah perhitungan yang tepat dari Yang Maha Memiliki Hati. Tuhan yang Maha Presisi.

Lalu sampai kapan saya harus menunggu dia menemukanku?

Sampai kita benar benar siap dan bisa mencapai takaran keimanan yang sama. Terus memperbaiki diri menjadi lebih baik untuk pantas dipertemukan dengan jodoh kita.

Akhinya, bagi saya jodoh adalah soal keyakinan. Jodoh adalah soal keikhlasan. Jodoh adalah soal yang menakjubkan. Bagaimana dua hati akan bertemu menjadi satu. Aku tidak pernah bisa menerka nerka siapakah jodoh saya? Kecuali hanya satu hal seperti sabda Tuhan “Perempuan yang baik untuk laki laki yang baik, dan perempuan yang keji untuk laki laki yang keji begitu pula sebaliknya”.  Jodoh adalah sebuah bukti Tuhan Maha Presisi.

Kamu berharap mendapatkan jodoh orang yang baik? Jadilah kamu perempuan yang baik.

Kamu berharap mendapatkan jodoh yang soleh? Jadilah kamu perempuan yang solehah.

Semua hal ada pada perhitunganNya. Kita tidak bisa mengukurnya. Tapi kita selalu bisa berproses arah sana. Karena jodoh kita adalah cerminan diri kita.

Jangan galau. Jodoh kita pasti sudah ada.

***

Baiklah,
Buat siapapun yang akan menjadi jodohku nanti. Semoga kita segera saling menemukan. Karena aku membutuhkanmu untuk bersamaku menikmati banyak hal, membuat peradaban, meraih bahagia dunia akhirat.

Dan aku butuh kamu untuk dicintai dengan ikhlas.
Kapanpun itu, aku tunggu kedatanganmu 🙂

Image

Waktu yang berlalu

waktu yang berlaluAda sebuah cerita
Suatu ketika Sang guru tiba ditepi sungai. Di pinggir sungai tinggal seorang fakir. Banyak orang yang berziarah kesana untuk mendengar ajaran dari fakir. Orang bilang bahwa fakir itu sanggup berjalan diatas air. Setelah bertegur sapa, sang Guru bertanya, ” Berapa lamu kamu berlatih hingga mampu berjalan diatas air?”

Dengan bangga sang fakir menjelaskan metode yang dipelajarinya selama 25 tahun, bahkan ia harus berlatih keras selama berjam jam tiap harinya. Berkatalah sang Guru kepada fakir itu “Engkau berkorban begitu banyak supaya dapat berjalan diatas air. Pernahkan engkau membayangkan betapa banyak perbuatan baik yang dapat engkau lakukan dalam 25 tahun daripada menghabiskan waktuku untuk mempelajari sesuatu yang dapat dilakukan setiap orang dengan sebuah perahu?”

Cerita dari Suwardjono HS

Sebuah cerita yang membuat aku lalu mempertanyakan :
Apakah yang selama ini apa yang aku lakukan telah membawa kebermanfaatan, bernilai kebaikan, dan memberikan pengaruh?

22 tahun berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemaren aku bermain main hujan disekitar rumah, mandi dikali, masak masakan dan menjadi sedikit nakal untuk tidak mau tidur siang. Berboncengan, bertiga berempat berlima dengan kawan kawan yang sekarang sebagian sudah menikah. Berlarian ditegalan karena ketakuan dengan anak sapi yang aku pikir “tergoda dengan warna merah” seragam sekolah. Begitu waktu cepat berlalu, begitu aku merasa cepat sekali tumbuh, begitu waktu merenggut muda para orang tua, begitu masa yang merubah manusia menjadi berbeda. Waktu yang berlalu melenakan pikiran, masa dan membuat tanya, apa yang sudah aku lakukan?

Tidak pernah bisa dienyahkan, bahwa Tuhan hanya mau kita tumbuh dengan kebaikan amal. Menjadikan kita bermanfaat untuk yang lainnya. Tidak pernah bisa dielakkan bahwa Tuhan hanya ingin kita mencinta padaNya, mencintai makhluknya, dan mencintai semuanya dengan porsinya. Beribadah.

Image

Pilihan

child

Katanya, didepan akan ada persimpangan jalan. Benar saja. Setiap kali kita akan menemui jalan yang membuat kita harus memilih tanpa bisa kita lalui begitu saja. Membiarkan kaki berjalan menapaki dan membuat jejak sesukanya. Tak seperti air yang akan suka mengalir ke bawah karena gravitasi yang menanggungnya. Atau sekedar air yang melewati celah sesukanya, dengan sedikit pengaruh gaya, tekanan dan diameter bidang. Sebebas angin yang mengisi setiap celah dibumi. Andai bisa sesederhana itu kita melalui hidup. Nyatanya beberapa kesempatan kita harus memilih jalan dipersimpangan. Kekanan atau kekiri. Maksudku bukan berarti hidup itu rumit dan memusingkan.
Dan saat itu jaring jaring takdir siap ditebarkan setelahnya. Aku kadang tidak paham, apakah manusia punya beberapa takdir dalam berbagai pilihan, dalam prosesnya. Jika iya, mungkin ini istimewanya manusia. Menjalani sendiri, bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Otoritas yang diberikan Tuhan agar manusia memilih dengan kesadaran hati. Entah, ini rahasia Sang Pemegang kunci segala kejadian. Lalu Yang Maha Kuasa memberi setiap jeda, tanda yang beraneka ragam. Mungkin begitu.

Semoga setiap pilihan yang diputuskan di sebuah persimpangan jalan kepastian dengan ketentuanNya.

Dan berikanlah aku kebaikan dimana saja aku berada, kemudian jadikanlah aku orang yang rela atas anugrahMu.

Image

Pahlawan sepanjang masa

“Saya tak mengharapkan pahlawan. Orang tak selalu baik, benar, berani. Tapi saya mengagumi tindakan yang baik, benar, berani, biarpun sebentar” (Goenawan Mohamad, Pagi dan hal hal yang dipungut kembali : h.11)

Pahlawan.
Banyak sekali presespi tentang pahlawan. Ada yang bilang pahlawan adalah sosok yang sempurna, dia bisa segalanya, dia membela kaumnya, dia gagah berani, dan dia bisa melalukan banyak hal. Seperti Superman. Pahlawan konvensional.

Ada juga yang bilang pahlawan adalah sosok yang berani berkorban untuk orang lain tanpa mempedulikan kepentingan pribadi. Berkontribusi total. Prajurit yang berperang demi negaranya dan meninggalkan keluarganya.

Bagiku, pahlawan adalah orang yang terus melakukan kebaikan untuk orang lain sepayah apapun yang diusahakannya, yang tak pernah memikirkan imbal balik untuk dirinya sendiri. Pengorbanan. Mungkin itu kata kuncinya.

Lalu apakah ada pahlawan di dunia?

Mungkin ada.
Sosok sosok hebat yang rendah hati, yang selalu mendedikasikan hidupnya untuk orang lain, kesejahteraan manusia, yang diam diam selalu berjuang dalam diamnya, yang mendorong orang lain untuk maju sedangkan dia tetap berdiri dibelakang untuk memberi kekuatan, yang mengorbankan cita citanya untuk kebahagiaan anaknya, yang tidak peduli tentang apa yang disangkakan orang lain padanya. Dan dia tidak akan pernah merasa dirinya pahlawan meskipun sebenarnya dirinya adalah seseorang yang berkorban. Kerendahan hati dan tidak mengharap pamrih.

Mungkin mereka adalah orang orang terdekat kita. Pahlawan yang tidak menuntut lencana, piagam, atau semacam pengakuan. Pahlawan yang tidak pernah meminta imbalan tentang pengorbananya. Atau bahkan dia yang diam diam mendorong kita untuk maju dan menempatkaan kita pada tempat yang baik.

Dan setiap orang punya pahlawanya masing masing dengan pola kepahlawanan masing masing.

Mungkin mereka tidak pernah selamanya membuat kita tersenyum setiap saat, memberikan apa yang kita inginkan, menolong disaat saat kritis. Tapi setidaknya meraka telah menghabiskan banyak waktunya untuk kita. Tidak pernah ada pahlawan yang mampu segalanya. Yang ada pahlawan yang meluangkan dan menghabiskan waktu dan sebagian hidupnya untuk kepentingan kita. Tidak pernah bosan dengan kita.

“Setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus kalah tanpa kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang itu bisa dinamai pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah daripada menyerah
(Pramoedya Ananta Toer, Prahara Budaya : h. 187)”

Lalu siapakah pahlawan kita?

Lalu kita akan termenung sejenak dan menyadari banyaknya pahlawan yang dikirimkan Tuhan untuk kita.

Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan dibumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (Q.S 35:38)

Semoga Tuhan membalas banyak kebaikan untuk pahlawan pahlawan kita.

-Selamat hari Ibu : salah satu pahlawan terhebatku, pahlawan sepanjang masa –

shine