Mungkin senja sudah lewat terlalu lama, sejak ribuan bintang sudah bertandang cerah dihadapan. Tapi terkadang dia masih suka memikirkan siang yang tadi. Masa saat tak ada bosan untuk berlari kencang dan menangkapi ikan dikolam. Tak lagi akan ada yang tersesat saat ada cahaya yang terlihat terang. Entah apa yang dia bicarakan pada alam sekarang ini, dia sendiri tidak paham. Tiba-tiba saja bergumul semacam rindu yang sudah lama membeku. Rindu pada dekap yang membuatnya tetap tegar kapanpun juga. Lucunya, dia tak tahu pada siapa hati akan dibagi, sesekali dia juga merasa putus asa. Karena mengencani malam sendirian membuatnya merasa kesepian. Meskipun banyak orang berlalu lalang dihadapan, dia tetap tak bisa berkata apa-apa tentang keinginannya untuk diajak berjalan bersama. Dia hanya ingin lebih berhati-hati, dengan hatinya sendiri.
***
Hatinya sudah lama, dan tak berubah banyak pada akhirnya. Sampai tersadar bahwa malam sudah beranjak diatas kepala, hatinya masih saja dibiarkan seperti semula. Lama, disemuti hingga sedikit menimbulkan luka. Kering, hingga dia tak lagi bisa berfikir. Aus, karena tidak terurus. Salahnya sendiri. Tapi satu hal, bahwa masih ada siang selanjutnya yang bisa dia nikmati dengan hatinya yang terawat dengan baik. Gelap gulita yang sering membuatnya kesepian, tak lagi dia gerami.
Kini, dia memutuskan unutuk mengepak kembali semua yang sudah dia buka berbulan-bulan. Membungkus kembali untuk siapapun yang mau diberi. Siapapun itu, dia yang berani membantunya merawat rasa yang akan ditumbuhkan bersama tak kan lagi membuatnya merasa kesepian. Dia yang tak lagi cemas dengan hatinya yang tidak kunjung punya cara untuk dibagi pada yang lain.
Kamu mau ngepak dan pergi kemana?
ke planet mars 😛