Suatu pagi yang ramai oleh hiruk pikuk manusia yang sedang terlahir baru. Menggunakan busana terbaik. Saling memberikan maaf diruangan besar biasa kami berkumpul disetiap 1 syawal. Keluarga besar Abu Darin. Perbincangan adalah hidangan istimewa selain kue kue kering lainnya. Kami saling bercanda dengan tawa yang tidak pernah hilang seharian itu saja. Tiba tiba celetuk ringan dari seorang paman mengagetkanku.
“Mana calonnya? Tahun depan dikenalin ya”
Sontak aku hanya bisa terdiam, cengar cengir tak tahu harus jawab apa. Pertanyaan senada lambat laun mulai terdengar lantang. Berkali kali. Bikin galau saja.
Aku tersadar usiaku sudah hampir menginjak 23 tahun. Dan aku, masih sendiri. Tak ada calon yang pasti.
***
Sepenggal kejadian yang mungkin juga dirasakan oleh banyak orang. Diusia 20an, bicara jodoh memang seringkali bikin galau. Galau karena tidak tahu kepastian tentangnya, siapa, dimana, seperti apa, dan harus bagaimana. Kadang terfikir, coba kalau Tuhan menempelkan stempel di setiap kepala pasangan sejati kita dan kita bisa melihatnya, pasti kita tidak perlu galau kalau masih sendirian. Tidak perlu merasa diberi harapan dan memberi harapan pada dan oleh orang yang salah. Karena harapan itu hanya ada pada satu orang saja.
Tulisan ini adalah serangkaian uneg uneg dan nasehat untuk mengingatkan diriku sendiri.
Ya, mungkin beginilah Tuhan menguji manusia agar mempercayai takdirNya, ketentuanNya, bahwa yang namanya Jodoh pasti akan datang. Bahwa kita diciptakan saling berpasang pasangan. Percayalah. Itu dasar yang paling utama jika bicara soal jodoh. Jadi jangan galau.
Bagi seorang perempuan, bicara jodoh mungkin bisa lebih rumit dari prespektif seorang laki laki. Lebih khususnya perempuan seperti saya. Saat beberapa orang menasehati “Jodoh itu harus dicari, dikejar”. Sedangkan saya tidak mungkin mengejar laki laki. “Kalau kamu gak pacaran, gimana kamu bisa dapet suami”. Sedangkan saya tidak sanggup untuk sepenuhnya menerima pacaran dalam prinsip hidup saya. “Kamu harus punya calon dari sekarang, nanti keburu tua, teman temanmu sudah pada nikah”. Sedangkan saya hanyalah perempuan biasa yang tidak bisa memulai. Saya hanya bisa diam, mendengarkan setiap masukan. Terkadang memang bikin kepikiran, tapi yasudahlah. Saya menjadi diri sendiri saja. Dalam urusan percintaan, saya membutuhkan suami. Bukan seorang pacar, teman dekat atau semacamnya.
Kenyataannya banyak orang berhasil berumah tangga tanpa pacaran terlebih dulu. Karena sungguh, hubungan percintaan antara perempuan dan laki laki yang terjalin dari selain ikatan pernikahan adalah hal yang bikin rumit kepala dan banyak tidak baiknya.
Jadi, bersabarlah untuk jodohmu saja. Yang kalian akan diikat hatinya dengan kemantapan, ketentraman, keterpautan, dengan keimanan. Yang kalian saling mencintai karena cintaNya Yang kalian ada untuk saling melengkapi satu sama lain.
Jodoh. Perempuan.
Sekarang saya tidak bisa berbuat apa apa. Saya hanya bisa percaya dengan pegangan saya sendiri. Dia (jodoh) akan menemukanku dan aku akan menemukannya dengan cara kita sendiri. Aku percaya, kita akan bertemu dengan cara yang baik.
Hingga akhirnya, perempuan hanya bisa tertahan, hanya bisa aktif dalam doa. Karena kebanyakan dari kaum kami tidak mempunyai keberanian untuk meminta dinikahi. Kami hanya bisa berharap, dan terus berharap kepada Tuhan. Yang bisa kami lakukan hanyalah memantaskan diri. Memperbaiki banyak hal, belajar, menjaga diri, berkarya, menambah kapasitas, mempersiapkan. Kebanyakan kami adalah kaum yang menunggu.
Jadi sebagian dari kami tidak tahu harus memulai dari mana untuk menyapa orang yang kami suka, lalu bilang “maukah kamu menikahiku”. Sontak aku hanya cekikikan membayangkan itu terjadi padaku. Keberanian yang luar biasa. Semoga saja jodoh saya lebih pengertian untuk datang dan memintanya lebih dulu. Berharap 😀
Mungkin setiap perempuan menginginkan hal yang sama denganku.
Seorang sepupu laki laki menasehati “Perempuan berkualitas tidak perlu mencari, tapi dia akan dicari”. Aku tidak terlalu paham dengan definisi perempuan berkualitas dalam presepsi laki laki. Yang jelas peer besar seorang perempuan adalah menjadi berkualitas. Secara batin ataupun lahir. Mungkin ini adalah salah satu usaha perempuan dalam mencari jodoh.
Tapi eits, jangan kita menjadi perempuan berkualitas karena ingin punya jodoh yang berkualitas. Kepunyaan Allah berada disegala galanya. Niatkanlah karena Allah. Karena jodoh adalah perhitungan yang tepat dari Yang Maha Memiliki Hati. Tuhan yang Maha Presisi.
Lalu sampai kapan saya harus menunggu dia menemukanku?
Sampai kita benar benar siap dan bisa mencapai takaran keimanan yang sama. Terus memperbaiki diri menjadi lebih baik untuk pantas dipertemukan dengan jodoh kita.
Akhinya, bagi saya jodoh adalah soal keyakinan. Jodoh adalah soal keikhlasan. Jodoh adalah soal yang menakjubkan. Bagaimana dua hati akan bertemu menjadi satu. Aku tidak pernah bisa menerka nerka siapakah jodoh saya? Kecuali hanya satu hal seperti sabda Tuhan “Perempuan yang baik untuk laki laki yang baik, dan perempuan yang keji untuk laki laki yang keji begitu pula sebaliknya”. Jodoh adalah sebuah bukti Tuhan Maha Presisi.
Kamu berharap mendapatkan jodoh orang yang baik? Jadilah kamu perempuan yang baik.
Kamu berharap mendapatkan jodoh yang soleh? Jadilah kamu perempuan yang solehah.
Semua hal ada pada perhitunganNya. Kita tidak bisa mengukurnya. Tapi kita selalu bisa berproses arah sana. Karena jodoh kita adalah cerminan diri kita.
Jangan galau. Jodoh kita pasti sudah ada.
***
Baiklah,
Buat siapapun yang akan menjadi jodohku nanti. Semoga kita segera saling menemukan. Karena aku membutuhkanmu untuk bersamaku menikmati banyak hal, membuat peradaban, meraih bahagia dunia akhirat.
Dan aku butuh kamu untuk dicintai dengan ikhlas.
Kapanpun itu, aku tunggu kedatanganmu 🙂