Gallery

Titik kumpul

DSC05212

Sudah lama. Beberapa kali menjamah di pikiran. Beberapa kali pula aku coba seka. Tidak mempedulikan. Dan kini aku mulai terfikir lagi tentang hakikat kita. Kenapa kita berada dibumi, bersama beberapa manusia yang dipertemukan. Kenapa ada rasa yang mempertautan aku dengan  hati beberapa manusia. Rasa persaudaraan, pertalian darah, persahabatan, ketergantungan, mencinta, peduli, berharap, merasa dibutuhkan, menjadi berarti dan semua rasa yang pernah dijelaskan dalam kamus bahasa.

Yang aku tahu jelas, Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya.

Lalu buat apa aku bersinggungan dengan manusia, buat apa aku menjelma dan mencinta mereka semua.

Aku mulai mencerna. Mungkin begini:
1. Bukti cinta Tuhan kepada hambanya
Menghadirkan mereka untuk menemani perjalanan kita didunia. Tuhan mencipratkan rasa untuk saling mengasihi membuat tentram apa yang ada didada. Bahkan Tuhan menghendaki berbuat baik pada orang lain sebagai sebuah ibadah. Betapa mulianya sosok orang lain. DIA juga menyuruh kita menjaga dua bentuk hubungan harmonis yaitu hubungan kita denganNya dan kita dengan manusia. Ah, maaf mungkin aku tak pantas terlalu filosofis. Tapi memang seperti itu Tuhan membuat diri kita menjadi berarti. Menjadikan kita sebagai bagian dari hidup orang lain.

2. Berperan
Peran. Itulah yang kita butuhkan dalam hidup agar kita tahu apa yang harus kita lakukan. Peran membuat kita merasa bertanggung jawab, dan mempunyai alasan untuk bergerak. Kita para pemain yang harus menjadi sosok yang terbaik. Sosok yang paling banyak melakukan kebaikan. Mungkin kita banyak berperan menjadi seorang anak, kakak, adik, sahabat, rakyat, pemimpin dan banyak lagi. Sejauh mana kita memanfaatkan dengan optimal peran yang diberikan Tuhan? Peran yang menjadi media melakukan ibadah.

3. Pelengkap
Manusia adalah sebaik baiknya bentuk yang Tuhan ciptakan. Tapi kita tak diciptakan dalam keadaan sempurna. Mungkin begitulah caraNya berbuat adil. Dalam diri kita ada ruang ruang kosong yang tidak bisa kita isi sendiri. Ada orang lain yang harusnya melengkapi. Menyeimbangkan, menutupi kekurangan, menyanggupkan apa yang kita tidak sanggup. Dengan melibatkan peran peran tadi kita bisa saling melengkapi.
Mungkin begitu Tuhan mengajari kita untuk tidak sombong. Kita diciptakan sebagai bagian –  bagian dari ketidaksempurnaan orang lain. Dan orang lain adalah bagian dari ketidaksempurnaan kita. Kita menjadi hanya sepotong hanya sebagian jika kita merasa kita tidak butuh orang lain. Tidak akan menjadi sempurna tanpa menjadi bagian orang lain. Saling belajar. Menjadi pelengkap dan melengkapi.

4. Sebagai bentuk anugerah
Siapa yang tidak bahagia punya orangtua, diasuh, disayang, dilindungi, dininabobokkan. Semua makhluk punya orang tua. Dilahirkan dari rahim manusia. Hasil dari pertemuan antara sel telur dan sperma. Dilahirkan dengan penjagaan. Kita dilahirkan sendiri, punya jiwa sendiri, tapi kita tidak bisa hidup sendiri. Kita harus belajar dari para parental. Menemani kita tumbuh. Memperhatikan bagaimana gigi susu kita telah tanggal. Atau mempedulikan bagaimana saat kita merasa ingin makan. Tiada yang lebih berharga ketika Tuhan mentakdirkan kita hadir dalam sekumpulan manusia pertama yang kita lihat dalam rasa bahagia. Mereka mencintai kita. Dan begitu caraNya kita diberi anugerah, dicintai sesama manusia. Menentramkan.

Aku tidak mempunyai kata sambung yang baik untuk tulisan ini.

Mungkin aku sedang tercekat dalam kepentinganku sendiri. Aku tersadar bahwa aku sering menganggap tidak penting hal hal yang sebenarnya sangat penting. Menyapa dan bertanya apa kabar.

Aku yang tidak mampu membahagiakan yang seharusnya dibahagiakan. Orang tua. Aku yang tidak mampu selalu hadir untuk orang yang membutuhkan kita. Para sahabat dan teman dekat. Aku yang tidak selalu meluangkan waktu untuk memberikan pundak saat mereka butuh bersandar atau sekedar berbagi  cerita. Adik adik. Aku yang tidak merasa perlu untuk disayang dan dimanjakan saat orang merasa ingin menyanyangi kita seperti saat kita kecil. Kakak-kakak. Aku yang tidak terlalu mempedulikan dan menganggap penting sesuatu hal saat orang lain ingin menyambung silaturahmi. Saudara dan para teman kenalan. Maafkan aku yang terlalu berfikir praktis bahwa  aku tidak punya peran apa apa.

Belajarlah untuk mengoptimalkan peran sebagai media kesempatan ibadah sebaik baiknya. Belajarlah, dan jangan pernah menyerah untuk menjadi bagian yang membawa kebaikan. Bagian yang selalu tumbuh dan memperbaiki diri menjadi pelengkap yang benar benar melengkapi apa yang harus dilengkapi.

Terlalu egois saat aku pikir tidak ada orang yang membutuhkanku. Kita bahkan tidak pernah tahu siapa saja yang membutuhkan kita, yang menjadikan kita sebagai pelengkap, yang menunggu kita mengisi bagian yang ternganga. Bahkan kita tidak pernah tau siapa yang menjadikan kita sebagai contoh bagi mereka.

Kita menjadi terlalu picik kalau kita pikir hidup kita hanya untuk diri kita. Tapi hidup kita untuk lebih dari sekedar itu.

Terima kasih untuk orang orang yang melengkapi dan mengisi bagian yang tidak pernah bisa aku isi sendiri. Melengkapi aku dengan caranya masing masing. Ayah, ibu, adik, kakak, sahabat dekat, teman, guru, murid, tetangga, rekan kerja, paman, bulik, ponakan, sepupu, kenalan, dan orang orang yang telah kutemui sejak 264 bulan yang lalu.

Terima kasih dan maaf aku sempat tidak memanfaatkan peran dan menjadi potongan yang tidak baik.

Semoga kita semua bisa menjadi dan mengisi bagian dari “titik kumpul” dengan indah. Titik dimana setiap bagian bertemu dan menjadi pelengkap yang semestinya.

Kenapa kita berada dibumi bersama beberapa manusia yang dipertemukan?

Jawabannya, karena kita diperintahkan untuk beribadah. Berbuat baik pada semuanya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s