Ada apa dengan negeriku?
Sepertinya pertiwi sedang tidak terlalu sehat kali ini. Sedikit berduka dan berwajah muram karena terlalu banyak koruptor yang menunggang diatas kendali.
Ada apa dengan negeriku?
Sepertinya pertiwi sedikit sedih, karena masyarakat tidak mampu lagi percaya sepenuhnya pada para pemimpinya. Kenapa?
Ada apa dengan negeriku?
Sepertinya pertiwi sedikit gundah, karena sebagian buminya tidak lagi terlalu cantik. Manusia mem make up nya dengan keangkuhan perekonomian.
Ada apa dengan negeriku?
Pertiwi sedikit bimbang, karena kepedulian, saling menghormati, tenggang rasa, telah memudar dari setiap jiwa manusia.
Terlalu banyak jika aku selalu bertanya kenapa. Pertiwi hanya ingin sebuah sikap dan pemikiran yang baik. Pertiwi hanya butuh kebaikan.
Indonesia, jangan tanya ada apa. Aku terkadang hanya merasa bosan melihat berita di Televisi yang hanya memberitakan para koruptor yang semakin eksis seperti artis. Media terlalu sibuk untuk memberitakan percerian para selebritis, perselingkuhan para anggota dewan, pembunuhan, pemerkosaan, dan tayangan yang seakan aku tidak mampu lagi membaca makna dari setiap berita yang disampaikan. Media terlalu sibuk memberitakan gaya hidup yang paling tren saat ini. Seakan lupa pada anak anak bangsa yang rindu lagu daerah, rindu tayangan yang mendidik, rindu tayangan si kancil dan si komo, rindu lagu anak anak. Media terlalu sibuk mencari cari kesalahan orang lain, berdebat tentang hal hal yang bukan menjadi jalan keluar. Seakan hilang ingatan untuk tidak lagi peduli dengan ideologi bangsa. Media yang tak lagi mampu ku pahami, mana yang benar dan mana yang salah. Seolah semua dibahasakan dengan konsonan kata yang sama. Memperdayai opini masyarakat.
Dari kejauhan, terlihat semakin sering para investor membangun hotel, penginapan, dan gedung gedung pencakar lainnya. Seakan hilang ingatan tentang hutan, pekarangan, laut, sungai, dan berbagi ekosistem. Para pembangun tiba tiba lupa memberi kesempatan para rumput, pohon, dan air untuk hadir dipermukaan tanah. Tidak menutup seluruhnya dengan con block, yang membuat mereka hanya terdiam dilapisan tanah bawah. Tak terlihat. Sebenarnya alam juga ingin berdampingan seimbang dengan manusia. Mereka melupakan oksigen dan kebutuhan hidup yang dihadirkan oleh alam itu sendiri. Sekarang mereka mulai berkhianat dengan alam.
Wajah Indonesia, mungkin sedikit tergores oleh banyak luka yang tak kubisa jelaskan satu per satu. Tapi percayalah. Masih ada generasiĀ yang mempunyai kesempatan untuk mengobatinya. Perlahan. Mereka yang berjuang mengharumkan wangi Indonesia yang kancah internasional, meskipun mereka kalah eksis dengan para korutor tua. Mereka yang berjuang berlajar diluar negeri mengeruk ilmu untuk kembali pulang membawa bekal mengobati Indonesia. Meraka para pendidik yang menanamkan ideologi bangsa untuk membentuk sistem pertahanan ideologi yang tangguh. Mereka sebagian para pejabat dewan yang mungkin sedang berperang melawan mayoritas para koruptor. Mereka yang peduli dengan alam, membangun sekolah, mendidik bangsa di keterasingan. Mereka para relawan masyarakat yang tak membutuhkan apa apa dari negeri sendiri kecuali berkontribusi dari kantong pribadi. Mereka yang selalu berkarya berusaha mengobati luka diwajah Indonesia. Mereka yang selalu membuang sampah ditempatnya. Mereka yang selalu tertib lalu lintas. Mereka yang setia di pelosok negeri menjaga keperawanan alam dan budaya. Mereka yang berjuang sendiri untuk negeri, hingga hanya hatinya dan TuhanNya saja yang tahu. Mereka yang selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka layaknya “perawat” yang selalu mengobati luka Indonesia di balik layar, tak ada yang tahu, tidak terlalu dipedulikan, tak ada yang berterima kasih. Mereka yang tak peduli pencintraan dan hanya menginginkan kebaikan. Kemuliaan dari Tuhannya untuk wajah Indonesia yang terluka.
Indonesia, pasti bisa lebih baik.
Pertiwi, pasti bisa senyum kembali.
*sumber gambar : http://www.faceofindonesia.com/gallery/bycategory