Palung.
Sebuah bangunan kira kira 9 X 5 meter yang ada di pojokan kampus biologi Gadjah Mada. Ruang sederhana bercat biru yang sedikit kusam. Ruang satu pintu tanpa jendela dibagian depan. Hanya terlihat rak dengan sepatu kumal berserakan di depan ruangan. Beberapa sampah plastic dan kertas yang tak jelas juntrungannya. Kini terpasang satu bangku dari semen yang telah patang sepertiga di depan ruangan itu. Berwarna abu abu. Tampak dari luar sangat berserakan. Setelah ditelisik ke dalam jangan tanya isinya seperti apa.
Pintu kayu warna biru bergambar abstrak, tempelen gambara ombak dan bertuliskan “Kelompok Studi Keluatan”. Bangunan dengan dinding yang banyak tempelan. Nuasa kelautan. Ada rak yang berisi penuh dengan buku, naskah skripsi dan sejenisnya. Hasil karya dari para mahasiswa penghuninya. Jam dinding yang cukup klasik dan kurang sepadan, diameter kecil dan bergambar ayam jago symbol dari sebuah merek penyedap rasa terkenal. Jam dinding hadiah. Kecil. Tidak berangka. Warna merah. Dan mampu menunjukan waktu. Sudut ruang yang tampak berantakan karena terlalu banyak barang. Buku, kertas, lembar bergaris, millimeter blok, leaflet, naskah proposal, foto kopian, berserakan di lantai berperlak biru kotak kotak. Tampak hidup, dan penuh. Belum lagi baju, jaket, dan beberapa jas laboratorum yang tergantung sembarangan di balik pintu kayu warna biru. Entah punya siapa, tidak beridentitas. Ruangan dengan dua lampu 15 watt dan satu lampunya pun telah mati. Di sudut belakang terlihat sebuah bilik dibalik rak specimen yang berjajar botol jam dengan berbagi macam biota didalmamnya. Di balik itu, ada semacam gudang yang penuh dengan barang lapangan. Jaring yang menjulang tinggi, ember tertata rapi dari besar hingga kecil, kompor, alat masak dan alat makan. Satu paket rak alat makan yang lengkap. Hampir hampir semua barang dapur ada didalam sana. Tapi ini bukan dapur. Bagian ruang 2X1 meter ini disebut gudang.
Belum lagi, ada hiasan menarik yang cukup membuat hidup kelautan didalam ruangan ini. Akuarium. Dua buah akuarium besar yang terletak di bagian belakang. Warna lampu biru yang membuat tanda bahwa didalam sana ada kehidupan. Anemon, Ikan nemo, kepiting, ubur, ubur, kelinci laut, alga, udang, dan karang hidup yang membuat ekosisitem sederhana ini tampak hidup dan lengkap. Akuarium laut yang memecah keheningan ruangan ini. Spesies didalamnya yang mulai tertegun dengan apa yang terjadi diruangan ini. Dengan suara percikan air saat mereka sedang berantem atau hanya sekedar bermain main di dalam sana. Suara oksigen yang tersembul dan membentuk geluembung kecil untuk kelangsungan hidup ekosisitem sederhana di akuarium itu. Terkadang, akuarium ini adalah pesona paling membahagiakan di antara barang yang lain. Mempesona.
Ruang ini namanya Palung. Istilah dari sebuah jeluk sempit dan dalam yang ada di laut dalam. Palung itu adalah sekretariatan Kelompok Studi Kelautan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Nama istimewa untuk ruang sederhana. Tapi kehidupan yang terjadi diruangan ini tak sesederhana ruangannya. Banyak cerita, banyak hikmah, dinamis, penuh intrik, dan hangat. Palung adalah tempat mahasiswa pecinta kelautan. Apapun alasannya. Apapun bentuknya. Palung menjadi magnet dan tempat tinggal sementara dari masa kemasa. Tak ada yang menghilang dari dalamnya. Hidup dan terus hidup. Dengan cerita yang berbeda beda. Tempat berbagi rasa tentang sebuah mimpi untuk Indonesia, tempat berbagi ide tentang kelautan, tempat kontribusi untuk bangsa, tempat untuk menjalin kekeluargaan, tempat untuk belajar tentang kepedulian, tempat menjadi dewasa, tempat beristirahat dari rasa penat di dalam kelas kuliah, tempat bisa merasa bahagia dan tertawa bebas, tempat meluapkan rasa yang tertekan. Palung, tempat penghidupan dari sebuah organisasi tentang cita cita besar kelutan bangsa, bumi, dan perorangan. Bertukar pikiran dari pagi hingga malam telah larut. Menjadi tempat mengkonsep cita cita.
Palung itu dalam. Sampai sampai saat seseorang telah jatuh kedalamnya mungkin akan susah untuk benar benar lupa pada tempat sederhana itu. Berantakan, kertas, produktivitas aktivitas, rapat, bergitar, bercanda, laporan, internetan, tiduran, bengong, menulis, menggeje, menulis, membaca, bernyanyi, PES, berguling guling. Semua ada dalam kemasan yang tampak indah karena semua memberi warna. Beragam dan berbeda. Bagiku palung tak hanya berwarna biru. Tapi lebih dari itu. Spektrum warnanya pun tak mampu lagi dihitung karena saking banyaknya warna yang membentuknya menjadi berarti. Kini, telah lebih dari 3 tahun aku berada dan tinggal di ruang itu. Menjadi penghuni palung. Bagiku, palung menjadi rumah kedua ku setelah kamar kosanku. Yang aku rindukan saat aku merasa bosan di kosan adalah palung. Debu, berantakan, dan tata ruang yang selalu kuingat. Palung menjadi hal yang paling kurindukan dari semua banyak hal.
Palung, palung, palung
Kelompok Studi Kelautan. Meraka yang membuat hidupku juga lebih berwarna. Keluarga besarku di Jogjakarta. Ruang sederhana yang berarti. Dari palung, semua cita cita besar, aksi sederhana, dan aksi besar untuk negeri hadir dari para mahasiswa pencinta kelautan ini.
Bukan hanya tentang cerita, bukan tentang aksi, bukan hanya tentang pencitraan, tak hanya tentang studi. Tapi lebih dari itu. Nilai, hikmah, dan pelajaran tentang berbagai hal. Kelompok Studi Kelautan, KSK Biogama UGM. Menjadi hal yang melekat dalam cerita hidup. Aku dan palung.
palung dan isinya.. baca postingan ini jadi pengen kesana lagi…
ayo malung mas ib 😛